SELAMAT DATANG

WELCOME TO MY BLOG! berbagi ilmu & pengetahuan lewat blog ini

Sunday 13 April 2014

Ekspedisi 5 Provinsi, 4 Daratan & 3 Lautan (Bagian III)

Sudah Baca cerita sebelumnya? kalau belum baca dulu cerita Ekspedisi 5 Provinsi, 4 Daratan & 3 Lautan Bagian I Bagian II yaa...



             Hooaaaemmh.. kini aku terbangun dari tidur singkat karena ramainya suasana pelabuhan lagi. Pelabuhan padang bai, merupakan pelabuhan yang terletak di sebelah timur pulau Bali. Dari pelabuhan ini, bus akan menyebrangi lautan dengan menggunakan fery lagi. Namun waktu tunggu di pelabuhan kali ini sangat lama dan membosankan, karena belum ada fery yang berlabuh di dermaga. Sampailah pada saatnya, bus memasuki fery dengan mengantri bersama bus-bus lainnya, truk barang, mobil pribadi, sepeda motor, serta pejalan kaki.

Kring... kring... suara bel di kapal tanda dimulainya perjalanan. Aku segera mencari tempat duduk yang nyaman, jauh dari terpaan angin yang kencang malam itu. Di kapal fery biasanya disediakan sebuah ruangan yang berisi kursi-kursi untuk semua penumpang. Diruangan itu terdapat sebuah kantin yang menjual makanan dan mushola beserta toilet wanita dan laki-laki. Tak kurang pula beberapa layar LCD dipajang didepan ruangan, yang biasanya memutar video karoekean lagu dangdut yang sangat membosankan menurutku. Diruangan yang satu lagi yaitu tempat yang digunakan penumpang untuk tidur-tiduran atau berbaring. Ketika aku lewat didepan ruangan itu, sama seperti melihat korban bencana alam yang sedang mengungsi. Orang bergeletak disana-sini memenuhi ruangan itu.
Perjalanan dari pulau bali ini akan menempuh waktu selama 4-5 jam menuju pulau lombok, bisa juga sampai 6 jam kalau ombaknya besar. Pulau bali sebagai daratan kedua pada ekspedisi kali ini telah dilewati. Dan kini aku sedang mengarungi lautan kedua, selat lombok. Selat lombok adalah selat yang memisahkan pulau Bali dan pulau lombok, dua pulau yang memiliki budaya yang agak mirip. Budaya di lombok masih mencirikan budaya Bali, karena dulu ada kerajaan di pulau bali yang sempat menaklukan pulau lombok.
Aku punya cerita yang unik ketika menaiki fery menyebrangi selat lombok juga saat balik lagi ke Jakarta setelah liburan. Saat itu siang hari dan panas matahari sangat terik sekali. Aku bersama beberapa penumpang naik kebagian paling atas kapal yang merupakan ruang yang lapang dan terbuka sebelum ruangan tempat nahkoda dan alat kemudi kapal. Kebetulan ada banyak turis mancanegara yang menumpang kapal itu juga. Beberapa jam setelah kapal fery berangkat, turis-turis itu mengambil alih ruang kami. Ruang terbuka yang lebih luas dari tempat lainnya. Jasad-jasad berRuh tergeletak kesana kemari di ruang yg lebarnya tak lebih dari 5 meter itu. Kamipun terpojok hingga akhirnya kami berpindah dan menempati ruang-ruang sempit di bagian sayap kapal yang terdiri dari 4 tingkatan itu. Apa pula yang ada dalam benak mereka? Hingga mereka bersedia menyerap sinar-sinar surya yang jatuh di atas dek kapal dengan kulit mereka. Seketika itu, berpindahlah orang-orang berpeci, bersorban, dan berkoko yang sebelumnya banyak dari mereka yang memenuhi ruang itu ke tempat lain. Tapi ternyata, masih ada yang bertahan disana. Sungguh mengagetkan, beberapa jam kemudian, aku melewati ruang itu. Dan melihat jasad-jasad berRuh tadi dengan pakaian yang lebih minim dari sebelumnya.
Ya ampun, tempat ini seketika menjadi pameran. Pameran tubuh oleh para bule-bule itu. Tapi yang lebih unik lagi, aku melihat seseorang wanita (bule) sedang berbaring atau berjemur dipinggiran kapal. Ada sebuah botol berisi cairan hijau di sebelahnya. Aku terkejut keheranan, yang ada disampingnya itu adalah sebotol sunlight yang biasa dipakai untuk mencuci piring, kini ia ambil dan mengoleskan isinya ke pergelangan tangan dan lengannya. Wow, apa yang dia lakukan? Apakah karena ada tulisan “sun” dari merk sunlight yang dikiranya itu adalah sunblock yaitu sejenis handbody untuk melindungi diri dari sinar matahari. Hahahah.. rasanya ingin tertawa saat itu, tapi akan terlihat aneh jika aku tertawa sendirian (-_-“).
Berjam-jam di kapal membuatku mengantuk. Saat pulau lombok terlihat samar-samar didepan, matahari sudah mulai tampak di ufuk timur. Rasa haru terbersit di dalam dada, manakala kampung halaman yang sudah hampir setahun kutinggalkan kini semakin dekat. Sebentar lagi kapal fery akan bersandar di pelabuhan lembar lombok. Kedatangan kami disambut oleh perahu-perahu kecil milik nelayan-nelayan yang sedang mencari peruntungan dari laut. Sungguh Allah swt. sangat menyayangi manusia dengan menebarkan rizki berupa dunia ini. Tinggal kita sendiri yang harus berusaha untuk mencari rizki itu. Apalagi laut Indonesia yang sangat kaya akan hasilnya, memiliki peluang untuk mensejahterakan para nelayan. Warna-warni keragaman biota laut, menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Indonesia.
Pelabuhan lembar letaknya agak tersembunyi diantara bukit-bukit dipinggir laut. Dibanding pelabuhan yang ada di Bali, pelabuhan ini lebih sederhana. Namun sangat penting bagi wisatawan-wisatawan domestik maupun mancanegara yang ingin berpetualang antara Lombok dan Bali. Suasana yang kudapatkan di pelabuhan saat itu mengingatkanku akan memori setahun yang lalu, ketika aku ditemani ibuku meninggalkan NTB untuk pergi merantau. Rasanya ingin menangis ketika kembali lagi ke bumi Sasambo ini. Suasana NTB yang khas terutama suku sasak mulai tercium ketika roda bus mulai keluar dari kapal dan melangkah meninggalkan gerbang pelabuhan.
NTB menjadi provinsi kelima sekaligus provinsi terakhir dalam ekspedisi kali ini. Sedikit bercerita tentang Nusa Tenggara Barat, bumi NTB di juluki dengan bumi Sasambo yaitu Sasak Samawa Mbojo. 3 suku besar yang mendiami wilayah NTB. NTB merupakan bagian dari kepulauan Nusa Tenggara. Uniknya kepulauan ini yaitu mayoritas masyarakat NTB menganut agama islam, sedangkan Bali mayoritas menganut agama Hindu dan NTT mayoritas menganut agama Kristen Katholik. Padahal ketiga provinsi tersebut merupakan gugusan kepulauan Nusa Tenggara.
Bus yang kutumpangi akan mampir di kota Mataram, ibukota provinsi NTB. Disana penumpang dan awak bus makan siang dulu, sedangkan aku masih istiqomah untuk berpuasa. Setelah sebagian besar penumpang kenyang, buspun melaju lagi membelah pulau lombok. Pulau lombok adalah daratan ketiga dan tersisa satu daratan lagi untuk sampai kerumah tercinta.
Disepanjang jalan lombok, banyak kita temukan sawah-sawah serta lahan pertanian lainnya seperti tembakau dan jagung. Pemerintah NTB sendiri mengutamakan sektor pertanian selain sektor pariwisata untuk pembangunan, mengingat kondisi geografis NTB sendiri yang cocok untuk bertani. Disebelah utara kita dapat melihat gunung rinjani yang menjulang tinggi, kebanggaan masyarakat lombok. Meskipun mayoritas muslim, tak jarang kita temukan pura umat hindu. Umat hindu adalah agama terbesar kedua di NTB.
Waktu tempuh perjalanan di lombok sekitar 3 jam. Dari Lombok Barat, kota Mataram, melewati Lombok Tengah, dan yang paling timur yaitu Lombok Timur. Selanjutnya untuk menyebrangi laut lagi. Bus menuju suatu pelabuhan yaitu pelabuhan kayangan. Pelabuhan ini menghubungkan pulau lombok dengan pulau Sumbawa, salah satu pulau utama di NTB. Dengan menyebrangi selat alas selama 2 jam, bus bersama fery melaju meninggalkan pulau lombok, inilah lautan yang ketiga dan terakhir. Saat itu hari sudah senja dan aku bisa menikmati indahnya sunset dan menikmati menu berbuka diatas kapal sambil melamunkan diri. Rasanya saat itu adalah momen berbuka yang paling indah. 
...
Akhirnya aku bisa melihat lagi pulau tempat kelahiranku. Semua rasa bercampur aduk dalam jiwa ini. Sebuah pertanyaan terlintas dikepala, Apakah kampungku sudah banyak perubahan? Tambah maju kah? Semoga lebih maju dari satu tahun sebelumnya, harapku. Bus yang berjalanan dikegelapan, jarang ditemui lampu-lampu atau sumber cahaya karena dipulau ini masih dominan oleh hutan. Sumbawa memang pulau yang gersang dan panas, banyak sabana disana. Tapi itu yang menjadi ciri khasnya.
Pulau sumbawa adalah daratan keempat dan terkahir. Rangkaian ekspedisi ini akan berakhir segera. Memori-memori tentang daerah-daerah yang sempat kulewati sebelumnya masih tertanam dipikiranku. Entah mengapa aku rindu ingin melihatnya lagi. Tapi kerinduan itu terobati setelah aku kembali dari liburan untuk merantau lagi ke Jakarta, tentunya dengan memaki bus lagi. Karena perjalanan yang ditempuh masih 8 jam lagi, aku memilih untuk tidur. Tidak ada lagi pemandangan yang dilihat selain hutan-hutan yang gelap.
...
8 jam berlalu, bus sudah melewati perbatasi kabupaten Sumbawa dan kabupaten Dompu, tanah kelahiranku. Kini saatnya bersiap-siap dan mengemas barang-barang. Satu persatu penumpang yang ada di bus itu turun karena sudah sampai pada tujuannya. Dan tiba saatnya aku turun dari bus, ayahku sudah berada di persimpangan jalan untuk menjemputku karena rumah kami tidak dilewati oleh bus tadi. Alhamdulillah, akhirnya aku bisa menghirup udara segar ala kampungku.
Sekarang perjalananku sudah berakhir. Senang rasanya sudah punya pengalaman yang luar biasa yang bisa kuceritakan pada orang-orang nantinya. Semoga perjalanan saat kembali ke Jakarta nanti lebih seru dari perjalanan kali ini.
Malam itu sudah menunjukan pukul 2 dini hari. Bus yang kutumpangi tadi terus melaju sampai pemberhentiannya yang terakhir. Lalu terdengar samar-samar suara tabuh gendang dari pemuda-pemuda yang membangunkan sahur. Orang-orangpun sudah berkeliaran untuk mencari menu sahurnya, sedangkan kami berdua segera menaiki sepeda motor meninggalkan persimpangan itu.

~~~SELESAI~~~

0 comments:

Post a Comment