Sudah Baca cerita sebelumnya? kalau belum baca dulu cerita Ekspedisi 5 Provinsi, 4 Daratan & 3 Lautan Bagian I & Bagian II yaa...
Hooaaaemmh.. kini aku terbangun dari tidur singkat karena ramainya suasana pelabuhan lagi. Pelabuhan padang bai, merupakan pelabuhan yang terletak di sebelah timur pulau Bali. Dari pelabuhan ini, bus akan menyebrangi lautan dengan menggunakan fery lagi. Namun waktu tunggu di pelabuhan kali ini sangat lama dan membosankan, karena belum ada fery yang berlabuh di dermaga. Sampailah pada saatnya, bus memasuki fery dengan mengantri bersama bus-bus lainnya, truk barang, mobil pribadi, sepeda motor, serta pejalan kaki.
Hooaaaemmh.. kini aku terbangun dari tidur singkat karena ramainya suasana pelabuhan lagi. Pelabuhan padang bai, merupakan pelabuhan yang terletak di sebelah timur pulau Bali. Dari pelabuhan ini, bus akan menyebrangi lautan dengan menggunakan fery lagi. Namun waktu tunggu di pelabuhan kali ini sangat lama dan membosankan, karena belum ada fery yang berlabuh di dermaga. Sampailah pada saatnya, bus memasuki fery dengan mengantri bersama bus-bus lainnya, truk barang, mobil pribadi, sepeda motor, serta pejalan kaki.
Kring...
kring... suara bel di kapal tanda dimulainya perjalanan. Aku segera mencari
tempat duduk yang nyaman, jauh dari terpaan angin yang kencang malam itu. Di
kapal fery biasanya disediakan sebuah ruangan yang berisi kursi-kursi untuk
semua penumpang. Diruangan itu terdapat sebuah kantin yang menjual makanan dan
mushola beserta toilet wanita dan laki-laki. Tak kurang pula beberapa layar LCD
dipajang didepan ruangan, yang biasanya memutar video karoekean lagu dangdut
yang sangat membosankan menurutku. Diruangan yang satu lagi yaitu tempat yang
digunakan penumpang untuk tidur-tiduran atau berbaring. Ketika aku lewat
didepan ruangan itu, sama seperti melihat korban bencana alam yang sedang
mengungsi. Orang bergeletak disana-sini memenuhi ruangan itu.
Perjalanan
dari pulau bali ini akan menempuh waktu selama 4-5 jam menuju pulau lombok,
bisa juga sampai 6 jam kalau ombaknya besar. Pulau bali sebagai daratan kedua
pada ekspedisi kali ini telah dilewati. Dan kini aku sedang mengarungi lautan
kedua, selat lombok. Selat lombok adalah selat yang memisahkan pulau Bali dan
pulau lombok, dua pulau yang memiliki budaya yang agak mirip. Budaya di lombok
masih mencirikan budaya Bali, karena dulu ada kerajaan di pulau bali yang
sempat menaklukan pulau lombok.
Aku
punya cerita yang unik ketika menaiki fery menyebrangi selat lombok juga saat
balik lagi ke Jakarta setelah liburan. Saat itu siang hari dan panas matahari
sangat terik sekali. Aku bersama beberapa penumpang naik kebagian paling atas
kapal yang merupakan ruang yang lapang dan terbuka sebelum ruangan tempat
nahkoda dan alat kemudi kapal. Kebetulan ada banyak turis mancanegara yang
menumpang kapal itu juga. Beberapa jam setelah
kapal fery berangkat, turis-turis itu mengambil alih ruang kami. Ruang terbuka
yang lebih luas dari tempat lainnya. Jasad-jasad berRuh tergeletak kesana
kemari di ruang yg lebarnya tak lebih dari 5 meter itu. Kamipun terpojok hingga
akhirnya kami berpindah dan menempati ruang-ruang sempit di bagian sayap kapal
yang terdiri dari 4 tingkatan itu. Apa pula yang ada dalam benak mereka? Hingga mereka bersedia menyerap sinar-sinar surya yang
jatuh di atas dek kapal dengan kulit mereka. Seketika itu, berpindahlah
orang-orang berpeci, bersorban, dan berkoko yang sebelumnya banyak dari mereka
yang memenuhi ruang itu ke tempat lain. Tapi ternyata, masih ada yang bertahan
disana. Sungguh mengagetkan, beberapa jam kemudian, aku melewati ruang itu. Dan
melihat jasad-jasad berRuh tadi dengan pakaian yang lebih minim dari
sebelumnya.
Ya ampun, tempat ini seketika
menjadi pameran. Pameran tubuh oleh para bule-bule itu. Tapi yang lebih unik
lagi, aku melihat seseorang wanita (bule) sedang berbaring atau berjemur
dipinggiran kapal. Ada sebuah botol berisi cairan hijau di sebelahnya. Aku
terkejut keheranan, yang ada disampingnya itu adalah sebotol sunlight yang
biasa dipakai untuk mencuci piring, kini ia ambil dan mengoleskan isinya ke
pergelangan tangan dan lengannya. Wow, apa yang dia lakukan? Apakah karena ada
tulisan “sun” dari merk sunlight yang dikiranya itu adalah sunblock yaitu
sejenis handbody untuk melindungi diri dari sinar matahari. Hahahah.. rasanya
ingin tertawa saat itu, tapi akan terlihat aneh jika aku tertawa sendirian
(-_-“).
Berjam-jam di kapal membuatku
mengantuk. Saat pulau lombok terlihat samar-samar didepan, matahari sudah mulai
tampak di ufuk timur. Rasa haru terbersit di dalam dada, manakala kampung
halaman yang sudah hampir setahun kutinggalkan kini semakin dekat. Sebentar
lagi kapal fery akan bersandar di pelabuhan lembar lombok. Kedatangan kami disambut
oleh perahu-perahu kecil milik nelayan-nelayan yang sedang mencari peruntungan
dari laut. Sungguh Allah swt. sangat menyayangi manusia dengan menebarkan rizki
berupa dunia ini. Tinggal kita sendiri yang harus berusaha untuk mencari rizki
itu. Apalagi laut Indonesia yang sangat kaya akan hasilnya, memiliki peluang
untuk mensejahterakan para nelayan. Warna-warni keragaman biota laut, menjadi
suatu kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Indonesia.
Pelabuhan lembar letaknya agak
tersembunyi diantara bukit-bukit dipinggir laut. Dibanding pelabuhan yang ada
di Bali, pelabuhan ini lebih sederhana. Namun sangat penting bagi
wisatawan-wisatawan domestik maupun mancanegara yang ingin berpetualang antara
Lombok dan Bali. Suasana yang kudapatkan di pelabuhan saat itu mengingatkanku
akan memori setahun yang lalu, ketika aku ditemani ibuku meninggalkan NTB untuk
pergi merantau. Rasanya ingin menangis ketika kembali lagi ke bumi Sasambo ini.
Suasana NTB yang khas terutama suku sasak mulai tercium ketika roda bus mulai keluar
dari kapal dan melangkah meninggalkan gerbang pelabuhan.
NTB menjadi provinsi kelima
sekaligus provinsi terakhir dalam ekspedisi kali ini. Sedikit bercerita tentang
Nusa Tenggara Barat, bumi NTB di juluki dengan bumi Sasambo yaitu Sasak Samawa
Mbojo. 3 suku besar yang mendiami wilayah NTB. NTB merupakan bagian dari
kepulauan Nusa Tenggara. Uniknya kepulauan ini yaitu mayoritas masyarakat NTB
menganut agama islam, sedangkan Bali mayoritas menganut agama Hindu dan NTT
mayoritas menganut agama Kristen Katholik. Padahal ketiga provinsi tersebut
merupakan gugusan kepulauan Nusa Tenggara.
Bus yang kutumpangi akan mampir di
kota Mataram, ibukota provinsi NTB. Disana penumpang dan awak bus makan siang
dulu, sedangkan aku masih istiqomah untuk berpuasa. Setelah sebagian besar
penumpang kenyang, buspun melaju lagi membelah pulau lombok. Pulau lombok
adalah daratan ketiga dan tersisa satu daratan lagi untuk sampai kerumah
tercinta.
Disepanjang jalan lombok, banyak
kita temukan sawah-sawah serta lahan pertanian lainnya seperti tembakau dan
jagung. Pemerintah NTB sendiri mengutamakan sektor pertanian selain sektor
pariwisata untuk pembangunan, mengingat kondisi geografis NTB sendiri yang
cocok untuk bertani. Disebelah utara kita dapat melihat gunung rinjani yang
menjulang tinggi, kebanggaan masyarakat lombok. Meskipun mayoritas muslim, tak
jarang kita temukan pura umat hindu. Umat hindu adalah agama terbesar kedua di
NTB.
Waktu tempuh perjalanan di lombok
sekitar 3 jam. Dari Lombok Barat, kota Mataram, melewati Lombok Tengah, dan
yang paling timur yaitu Lombok Timur. Selanjutnya untuk menyebrangi laut lagi.
Bus menuju suatu pelabuhan yaitu pelabuhan kayangan. Pelabuhan ini
menghubungkan pulau lombok dengan pulau Sumbawa, salah satu pulau utama di NTB.
Dengan menyebrangi selat alas selama 2 jam, bus bersama fery melaju
meninggalkan pulau lombok, inilah lautan yang ketiga dan terakhir. Saat itu
hari sudah senja dan aku bisa menikmati indahnya sunset dan menikmati menu
berbuka diatas kapal sambil melamunkan diri. Rasanya saat itu adalah momen
berbuka yang paling indah.
...
Akhirnya aku bisa melihat lagi
pulau tempat kelahiranku. Semua rasa bercampur aduk dalam jiwa ini. Sebuah
pertanyaan terlintas dikepala, Apakah kampungku sudah banyak perubahan? Tambah
maju kah? Semoga lebih maju dari satu tahun sebelumnya, harapku. Bus yang
berjalanan dikegelapan, jarang ditemui lampu-lampu atau sumber cahaya karena
dipulau ini masih dominan oleh hutan. Sumbawa memang pulau yang gersang dan
panas, banyak sabana disana. Tapi itu yang menjadi ciri khasnya.
Pulau sumbawa adalah daratan
keempat dan terkahir. Rangkaian ekspedisi ini akan berakhir segera.
Memori-memori tentang daerah-daerah yang sempat kulewati sebelumnya masih
tertanam dipikiranku. Entah mengapa aku rindu ingin melihatnya lagi. Tapi
kerinduan itu terobati setelah aku kembali dari liburan untuk merantau lagi ke
Jakarta, tentunya dengan memaki bus lagi. Karena perjalanan yang ditempuh masih
8 jam lagi, aku memilih untuk tidur. Tidak ada lagi pemandangan yang dilihat
selain hutan-hutan yang gelap.
...
8 jam berlalu, bus sudah melewati
perbatasi kabupaten Sumbawa dan kabupaten Dompu, tanah kelahiranku. Kini
saatnya bersiap-siap dan mengemas barang-barang. Satu persatu penumpang yang
ada di bus itu turun karena sudah sampai pada tujuannya. Dan tiba saatnya aku
turun dari bus, ayahku sudah berada di persimpangan jalan untuk menjemputku
karena rumah kami tidak dilewati oleh bus tadi. Alhamdulillah, akhirnya aku
bisa menghirup udara segar ala kampungku.
Sekarang perjalananku sudah
berakhir. Senang rasanya sudah punya pengalaman yang luar biasa yang bisa
kuceritakan pada orang-orang nantinya. Semoga perjalanan saat kembali ke Jakarta
nanti lebih seru dari perjalanan kali ini.
Malam itu sudah menunjukan pukul 2
dini hari. Bus yang kutumpangi tadi terus melaju sampai pemberhentiannya yang
terakhir. Lalu terdengar samar-samar suara tabuh gendang dari pemuda-pemuda
yang membangunkan sahur. Orang-orangpun sudah berkeliaran untuk mencari menu
sahurnya, sedangkan kami berdua segera menaiki sepeda motor meninggalkan
persimpangan itu.
~~~SELESAI~~~
0 comments:
Post a Comment