SELAMAT DATANG

WELCOME TO MY BLOG! berbagi ilmu & pengetahuan lewat blog ini

Wednesday 2 October 2013

Catatan Perjalanan Gunung Ciremai (3056 mdpl)


“Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan”. Ar-radu: 3

“Kamipun terus berjalan, menapak bebatuan –bebatuan itu. Rasa lelah kian membara, tetapi semangat tak pernah padam, semangatlah yang menjadi penggerak dalam setiap langkah kaki kami.”

Pada tanggal 18 September 2013, saya bersama ke enam orang lainnya berencana untuk mendaki gunung Ciremai yang terletak di Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat. Pendakian kami kali ini merupakan bagian dari kegiatan dari organisasi pecinta alam di kampusku, GPA Cheby. XPDC 7 Summits namanya, dan kami adalah tim ciremai. Pukul 07.00 pagi kami berkumpul di basecamp untuk mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dan pukul 09.15 kamipun mulai berangkat menuju shelter busway terdekat yaitu shelter gelanggang remaja. 
Inilah kami TIM CIREMAI...^^
                           (dari kanan ke kiri : Ka’ Rifa, Ratri, Ka’ Sili, Abi, Ega, Saya, dan Ka’ Sein)

Dari shelter busway, kami membayar tiket sebesar Rp. 3500 menuju terminal kampung Rambutan. Perjalanan memakan waktu sekitar 45 menit. Setelah tiba di terminal kampung rambutan, kami segera bergegas mencari bus yang menuju ke Kuningan, baru sebentar berjalan eh busnya ketemu. Nama busnya “Widuri Sejati” hahah entah apa dasarnya diambil nama seperti itu oleh pemilik busnya. Tas-tas kami diletakkan di bagasi dan kamipun naik kedalam bus. Untuk menuju ke Kuningan, sang kernet mematok harga sebesar Rp. 50ribu /orang.
Perjalananpun dimulai dengan bus yang berjalan lamban dan seringkali berhenti, ditambah lagi suasana jalananan sekitar kampung rambutan yang padat dengan kendaraan, udara panas Jakarta menambah penderitaan kami. Penderitaaan kami belum berakhir sampai disitu, disepanjang jalan pantura yang bus lewati banyak sekali pedagang yang mengambil kesempatan untuk berjualan didalam bus. Ditambah lagi pengamen jalanan yang tak henti-hentinya memetikkan gitar dan berkata didepan mic yang terkadang mengganggu orang-orang yang ada didalam bus itu. Sebagian dari mereka tidak hanya mengamen, tapi juga memalak. Ya, ada dari mereka yang meminta-minta uang tetapi dengan sedikit paksaan, bahkan secara blak-blakan memaksa.  
    
Ada pula sekelompok pemuda yang ngakunya anak jalanan tapi tampangnya sudah kayak bapak-bapak. Masa’ tubuh sebesar itu dibilang anak jalanan??, dan apa yang mereka lakukan didalam bus??, mengamen?, jualan?, Tidak!!! Mereka hanya kumpulan orang-orang yang pandai berkata-kata, kalau menurut saya mereka berbakat menjadi seorang penyair atau pemain teater, “bapak ibu, kami adalah anak jalanan yang tidak bermaksud untuk mencuri, coba bayangkan jika anda seperti kami dan bla bla bla....” , tapi ujung-ujungnya mereka tinggal menyodorkan tangan dan meminta-minta, saya gak mau keluarkan uang hanya buat mereka yang gak berusaha, akhirnya saya dipaksa buat ngasih uang, dan tetap saya gak mau ngasih dan merekapun marah.    
Ya begitulah di Indonesia, penuh dengan sensasi kehidupan. Sejatinya, meskipun kita miskin, kita gak punya uang, kita hidup melarat. Tapi jangan sampai jadi orang yang meminta-minta, jangan sampai jadi preman yang kerjaannya nganggur dan hanya bisa malakkin orang lain, jangan sampai usia kita yang seharusnya siap fisik untuk bekerja, malah tidak dimanfaatkan untuk mencari nafkah yang lebih baik dan halal. Ingatlah bahwa tangan diatas lebih baik daripada tangan yang dibawah. 
Oke, kembali ke perjalanan. Perjalanan ditempuh kurang lebih 7 jam dari Jakarta. Ketika kami bilang ke kernet bus kalau kami mau naik gunung ciremai, kami disarankan untuk turun di cigugur. Oh iya, rencananya kami akan naik melewati jalur palutungan, karena di gunung ciremai ada 3 jalur pendakian umum yaitu Apuy, Linggarjati dan Palutungan. Jalur Palutungan adalah jalur yang paling lama waktu tempuhnya, tetapi track perjalanannya lebih mudah dibanding kedua jalur yang lain. Sekitar pukul 5 sore, Kami sampai di Kuningan tetapi bukan di kotanya, melainkan dikecamatan Cigugur. Turun dari bus, untungnya kami menemukan POM Bensin didekat perempatan dan kami langsung mencari masjid disana untuk sholat jamak dhuhur dan ashar serta melepas lelah. Saat kami berjalan kesana, seorang supir angkot dengan angkotnya mengikuti kami dan beliau pasti sudah tahu dengan tas bawaan kami bahwa kami mau naik gunung, lalu beliau menawarkan angkotnya untuk kami bertujuh menuju pos pendakian. Beliau rupanya agak memaksa dan kamipun akhirnya ikut saja. Setelah selesai sholat, kami naik angkot dengan kesepakatan bayaran sebesar Rp. 110ribu untuk kami bertujuh. Sebenarnya itu mahal, tapi gak apa-apalah, yang penting ke gunung ciremai^^. 
Angkot tersebut berjalan membelah daratan kuningan yang menawarkan hawa sejuk nan dingin, kami dibawa naik turun bukit ditemani dengan pemandangan sang fajar yang mulai terbenam. Beberapa waktu kemudian, sampailah kami disebuah desa yang bernama Cisantana. Kami makan dulu disebuah warung warga, dan melakukan pelaporan disebuah kantor pos resort cigugur. Setelah itu, kami menuju kesebuah masjid untuk menunaikan sholat maghrib dan isya’. 
Perjalanan kami dimulai pukul pada pukul 19.48 malam hari dari masjid di desa itu. Desa cisantana merupakan desa terakhir sebelum memasuki area gunung ciremai jika melewati jalur palutungan. Beberapa menit kemudian, kami melewati kandang ternak warga, dan perkebunan warga desa. Dan sebelum masuk area hutan, terdapat sebuah pondok untuk beristirahat. Perjalanan kami malam itu untuk menuju ke Pos 1 yang ditempuh selama 3 jam, itupun bisa kurang karena kami sempat kesasar karena salah memilih jalan. Jadi untuk anda yang ingin ke ciremai, ketika hendak menuju pos 1, jika bertemu 2 jalan yang satunya menanjak dan yang satu lagi datar pilihlah jalan yang menanjak dan berbatu jangan pilih yang datar karena jalannya akan menurun nantinya.
Pukul 22.45, kamipun sampai di pos 1, Pos Cigowong dengan ketinggian 1450 mdpl & puncak 5,6 km. Di pos ini kami mendirikan tenda untuk bermalam. Fasilitas yang tersedia dipos ini yaitu adanya pondok yang bisa digunakan untuk beristirahat, tetapi pondoknya tidak memiliki dinding di kiri kanannya sehingga jika ingin tidur, dirikanlah tenda agar ridak kedinginan. Ada WC sekitar 5-6 buah dalam satu bangunan tetapi kondisinya sangat kotor dan dipenuhi dengan coretan-coretan. Di pos 1 ini adalah satu-satunya tempat dimana kita dapat menemukan sungai, selebihnya untuk pos-pos selanjutnya tidak ada sumber air sehingga, disarankan untuk mengambil air terlebih dahulu untuk meperluan memasak atau minum diatas sebelum melanjutkan perjalanan.


Kemudian paginya kami sarapan dan melanjutkan perjalanan sekitar jam setengah 9 pagi. Perjalanan menuju pos 2 begitu melelahkan, karena track yang terus menanjak. Sering-seringlah beristirahat ditempat yang agak lapang, tetapi jangan terlalu lama. Sebelum mencapai pos 2, kami melewati pos bayangan yaitu pos kuta, luasnya masih cukup untuk menampung sekitar 2-3 tenda. Lalu, perjalanan kami lanjutkan, seteleh berjalan beberapa lama akhirnya kami sampai di pos 2. Pos 2 bernama Pangguyangan Badak dengan ketinggian 1800 mdpl & puncak 4,5 km. Di pos 2 tidak ada apa-apa, hanya lahan kosong.
Lalu kami melanjutkan perjalanan, track berbatu dan terus menanjak serta tak jarang ada pohon tumbang yang menghalangi jalan. Setelah berjalan sekitar 1 jam, akhirnya kami sampai dipos 3 pada pukul 10.13, Pos Arban dengan ketinggian 2050 mdpl & puncak 3,6 km. Sama seperti sebelumnya, hanya merupakan lahan kosong, kami meninggalkan dan menyembunyikan 2 botol air disini untuk persediaan ketika turun nanti (*semoga gak diambil orang, hehe).

pos 2 & 3











Setelah itu perjalanan dilanjutkan, jalanan terus menanjak (*hampir frustasi gara-gara jalanannya yang menanjak terus -_-“). Kami beberapa kali berhenti berjalan untuk beristirahat sejenak. Pukul 10.50 kami tiba di Tanjakan Asoy, Pos ke 4 dengan ketinggian 2200 mdpl & puncak 2,9 km. Kami istirahat sejenak sambil berfoto ria dengan pohon besar yang telah tumbang, tak lupa juga kami menyembunyikan 1 botol air untuk persedian turun (*ssstt!!). Mengapa dinamakan Tanjakan Asoy??, mungkin karena track yang akan dilalui setelah pos ini sangat terjal, iya, memang tanjakannya lebih menantang dari tanjakan-tanjakan sebelumnya, kami lebih cepat lelah dan ngos-ngosan.  
Pos selanjutnya yaitu Pos Pasanggrahan atau pos ke 5 dengan ketinggian 2450 mdpl & puncak 1,6 km. Kami sampai disini sekitar pukul 12.36. disini juga kami tinggalkan 1 botol air. Dari pos ini, puncak ciremai sudah kelihatan.
Kemudian kami berjalan lagi untuk menuju ke pos berikutnya yaitu pos 6. Sekitar jam 2 siang, kami sampai di Pos yang bernama Sanghyang Ropoh ini. Di pos ini, tempatnya lebih kecil dari pos-pos sebelumnya. Kami tidak menyimpan air disini. Vegetasi hutan mulai terbuka. Puncak ciremai semakin jelas kelihatan. 
 


Selanjutnya perjalanan berlanjut. Vegetasi pohon-pohon yang tinggi berganti menjadi semak belukar. Disepanjang jalan kita dapat menemukan bunga edelweis, saat kami kesana bunga edelweisnya sedang mekar sehingga menjadi pemandangan yang indah. Kadang disisisi jalan, kami bertemu dengan hamparan padang edelweis dimana semua bunganya yang berwarna kuning, mekar. Namun, ketika jalan disini harus berhati-hati karena jalanan sudah berbatu dan sempit. Terkadang kita temui jalan yang membentuk lorong sehingga harus hati-hati ketika melewatinya. Di tambah lagi debu-debu yang dapat mengganggu pernapasan, bagi anda yang tidak suka hal ini sebaiknya menyiapkan masker penutup mulut sebelum perjalanan.
gini nih tanjakannya,,,


Rasa frustasi semakin menjalar kedalam pikiran saya, tanjakan demi tanjakan telah dilewati namun belum nampak ada pos. Sampai ketika, saya yang selalu berjalan di bagian belakang menyusul kedepan, berharap pos selanjutnya ada didepan mata. Tetapi, yang terpampang bukan tulisan pos, tapi pertemuan dua jalur pendakian yaitu apuy dan palutungan. Jalur Apuy adalah jalur yang awalnya dimulai dari kabupaten Majalengka. 


Kamipun terus berjalan, menapak bebatuan –bebatuan itu. Rasa lelah kian membara, tetapi semangat tak pernah padam, semangatlah yang menjadi penggerak dalam setiap langkah kaki kami. Hingga akhirnya frustasi menjalar dari pikiran keseluruh tubuhku. Kakiku kram, ketika hendak menginjak batu yang sangat tinggi, mungkin salah urat kali ya. Rasanya dari pangkal paha bagian atas sampai telapak kaki kanan saya seakan mati suri, tidak bisa digerakkan dan ditekuk. Saat itu terbersit kata menyerah dalam pikiran. Untung saja ada ega, yang tak jauh dibelakangku membantu memijat sehingga terasa lebih baik. Saat itu, temanku yang lain masih jauh dibawah, sehingga kami berdua tidur-tiduran di tanah sambil menunggu yang lain sampai diatas.
Kemudian beberapa saat ka’sein mendahului kami dan berjalan beberapa meter keatas, kemudian dia berteriak, “Goa waleeet!!..” , kami semua yang ada dibawah kegirangan dan dengan semangat langsung menapaki batu-batu yang bersusun itu sampai kesebuah tanah lapang yang luas. Itulah Goa Walet, pos ke 7, pos terakhir sebelum mencapai puncak. Akhirnya kami dapat beristirahat sejenak, meskipun kami belum mendirikan tenda. Kami tiba sekitar pukul 4 sore. Setelah melepas lelah, segera kami dirikan 2 tenda dan sholat jamak dhuhur dan ashar. Sembari menunggu hingga malam tiba, kamipun berfoto-foto sambil menikmati pemandangan matahari yang terbenam di ufuk barat.
kami saat menikmati sunset di goa walet,,



 





Diatas sana, garis horizon terlihat sangat jelas. Awan-awan kini berada dibawah kami, daratan ini serasa seperti pulau. Pulau diatas awan. Tapi, kami masih punya satu tujuan lagi, yaitu menuju puncak, puncak ciremaaaiii yeeey. Malampun tiba, kami makan malam dan beranjak tidur karena suasana diluar cukup menembus kulit & daging. Besok pagi kami bangun untuk sholat shubuh, ega dan abi menuju ke puncak duluan untuk mengejar sunrise di puncak sedangkan saya dan lainnya memilih untuk menikmati secangkir kopi dan energen panas disekitar goa walet. Lalu sekitar pukul 5.30 kami menyusul kesana. Perjalanan ke puncak tidak sampai 30 menit, barang-barang kami tinggal ditenda, hanya membawa sebotol air dan beberapa snack. Dan Ketika hendak menaiki puncak, saya tak sengaja melihat sajak-sajak yang terdapat dibalik sebuah pohon, isinya :

Aku rindu berdiri di ketinggian
Menunggu surya yang malu-malu
Mengintip dari balik awan
Menemani kabut
Menyongsong pagi
Bersandar pada tebing keabadian

Inilah kami ketika di puncak,,,




Pada hari itu juga, kamipun turun kembali ke desa cisantana dengan jumlah anggota yang tetap dan selamat, dan kembali ke Jakarta dengan menumpang bus jurusan Kuningan-Jakarta.

Ringkasan pendakian :
Pom Bensin –Perkampungan (pos palutungan) : 15 menit, 1100 mdpl
Perkampungan - Pos 1 (Cigowong) : 3 jam, 1450 mdpl, puncak 5,6 km
Pos 1 – Pos 2 (Pangguyangan Badak) : 1,5 jam, 1800 mdpl, puncak 4,5 km
Pos 2- Pos 3 (Arban) : 45 menit, 2050 mdpl, puncak 3,6 km
Pos 3 – Pos 4 (Tanjakan Asoy) : 40 menit, 2200 mdpl, puncak 2,9 km
Pos 4 – Pos 5 (Pasanggrahan) : 1 jam 45 menit, 2450 mdpl, puncak 1,6 km
Pos 5 – Pos 6 (Sanghyang Ropoh) : 1 jam 30 menit, 2650 mdpl, puncak 1,1 km
Pos 6 – Pos 7 (Goa Walet) : 2 jam, 2950 mdpl, puncak 0,3 km
Pos 7 – Puncak (Sunan Talaga) : 30 menit, 3056 mdpl
*perjalanan naik : 11 jam, turun : 5 jam (naik-turun : via palutungan)

Rincian biaya :
Tiket Busway (Gelanggang remaja-Kampung Rambutan) : Rp. 3.500/orang
Bus jurusan Jakarta-Kuningan PP : Rp. 50.000x2 = Rp. 100.000/orang
Carter angkot ke desa cisantana (pergi) : Rp. 15.000/orang
Carter angkot ke desa cisantana (pulang) : Rp. 10.000/orang
Angkot M06 : kampung rambutan-bidaracina : Rp. 5.000/orang
Total : Rp. 133.500

*tips :
-jika perjalanan dimulai dari Jakarta pada siang hari siapkan uang receh untuk para pengamen (dan pemalak -,-‘)
-mintalah kernet bus untuk turun di tempat yang paling dekat dengan desa cisantana seperti perempatan dekat pom bensin
-carter angkot biasanya 10ribu, (yang 15ribu karena kepaksa yah --“)
-di dekat pos pelaporan, ada warung yang menyediakan mie rebus dan warung mie ayam (mantap nih, yang ini kudu cobain hehe) sebagai tempat untuk mengisi perut sebelum memulai perjalanan
-jika berjalan dimalam hari, lihat sekitar karena di ciremai minim dengan petunjuk jalan.
-ketika menuju pos 1, hindari jalan yang semakin lama semakin menurun, jika terlanjur, segera berbalik arah karena anda telah kesasar (^,”)
-persiapkan mental dan fisik ketika berjalan menuju pos goa walet karena akan sangat menguras tenaga dan batin (#_#)
-yang terpenting manajemen air yang baik karena sedikitnya sumber air. (^_*)

5 comments:

  1. Siip..siip.. Tks.. InshaAllah awal mei nanjak ciremei ni... ^_^

    ReplyDelete
  2. Thank you infonya. Rencana 27-29 Mei, via palutungan :)

    ReplyDelete
  3. waaaah baru minggu kemarin saya kesana
    serius pemandangannya keren serta track yang sangat menguras tenaga

    salam kenal ya
    http://kelilingdesa.com

    ReplyDelete