SELAMAT DATANG

WELCOME TO MY BLOG! berbagi ilmu & pengetahuan lewat blog ini

Monday 7 April 2014

Ekspedisi 5 Provinsi, 4 Daratan & 3 Lautan (Bagian I)

Oleh : Ayub Abdul Rahman

           
           Bulan Ramadhan tahun ini sudah berjalan selama 19 hari dan sekarang tibalah saatnya untuk pulang kampung atau orang-orang Indonesia biasa menyebutnya mudik, yeeeey. Maklumlah sudah 11 bulan aku meninggalkan kampung halaman demi menempuh pendidikan di STIS Jakarta. Rasa kerinduan akan suasana kampung halaman sudah lama terbesit didalam hati. Kalau saja aku menunggu sebulan lagi untuk pulang kampung, genaplah setahun aku di tanah orang :(.
            Perjalanan ini adalah perjalanan yang sudah kunanti-nanti sejak lama. Mengapa? Karena waktu yang akan ditempuh dalam perjalanan kali ini sangat lama yaitu 3 hari 3 malam. Kalau misalnya ada orang bertanya, Kok perjalanan yang lama gitu malah di nanti-nanti?. Sejujurnya aku adalah orang yang sangat menyukai perjalanan. Tak masalah seberapa jauhnya perjalanan itu, kuat atau tidaknya aku dalam menempuh perjalalanan itu ataupun kondisi transportasi yang menemani perjalananku. Semua itu dibawa senang saja dan yang penting selamat sampai tujuan, karena di perjalanan kita dapat melihat banyak hal yang jarang ataupun yang belum pernah kita lihat sebelumnya.
Hakikat perjalanan menurutku adalah suatu kondisi yang tepat untuk merefresh kembali pikiran kita dengan melihat keluar dan menikmati apa yang diciptakan Tuhan yang ada di bumi kita. Maka dari itu, daripada membeli tiket pesawat yang harganya lebih mahal meskipun dalam sekedip mata langsung sampai ketujuan, aku lebih memilih menggunakan Bus untuk pulang ke kampung halaman kali ini yang akan memakan waktu 3 hari 3 malam karena jarak yang ditempuh beribu-ribu kilometer. Anda lihat sendiri di peta, kira-kirakan saja berapa kilometer jarak dari Jakarta ke Nusa Tenggara Barat paling timurnya, tak jauh dari pulau Komodo, pulau yang kini menarik minat banyak wisatawan untuk berkunjung, baik dari luar negeri maupun domestik. Wajarlah kini pulau komodo ramai dikunjungi karena ia sudah dinobatkan menjadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia.
Perjalanan kali ini sudah kupersiapkan selama seminggu terakhir, ada hal yang unik dalam setiap perjalanan ketika hendak ke kampungku. Aku akan melewati 5 Provinsi, 4 Daratan, dan 3 Lautan sehingga jadilah perjalanan kali ini aku sebut dengan “Ekspedisi 5 Provinsi, 4 Daratan, dan 3 Lautan!”
            Perjalananku dimulai pada tanggal 28 juli 2013 dengan memakai Bus Malam cepat yang sebelumnya telah ku pesan 1 tiket kursi senilai Rp. 700.000 *mahal kaan, gara2 BBM naik nih. Semua penumpang awalnya berkumpul di terminal Pulo Gadung, Jakarta Timur dan sekitar pukul 1 siang bus pun mulai berangkat dengan mantap. Beberapa menit berlalu, bus sudah berjalan membelah kota Jakarta melewati jalan tol, lumayanlah untuk melihat-lihat sudut-sudut Jakarta. Selama bus berjalan, mataku selalu terpaku melihat kejendela kaca tertutup yang ada disamping kursi dudukku. Aku sengaja memesan kursi dekat jendela agar setiap saat bisa melihat keluar.
            Sudah sejam lamanya dan kota Jakarta telah ditinggalkan oleh bus yang aku tumpangi ini. Masih didalam tol, tidak ada pemandangan menarik yang kulihat, monoton dan membosankan. Lebih baik aku baca buku saja, lalu kuambil sebuah novel islami karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra, judulnya “99 Cahaya di langit Eropa”. Mungkin ada yang sudah baca bukunya, bukunya sangat bagus. Buku itu ditulis berdasarkan kisah nyata dari penulisnya sendiri tentang suatu perjalanan dalam menjelajahi tempat-tempat di Eropa yang memiliki sejarah peradaban islam, bagaimana islam dulu menyebar ke benua eropa dan sisa-sisa kejayaan islam yang masih tersisa sampai saat ini. Ya, kita sekarang tahu bahwa orang-orang Eropa sekarang adalah mayoritas beragama Kristen protestan, khatolik atau atheis, sehingga orang muslim disana menjadi minoritas yang katanya jika ingin melakukan ibadah sangat sulit dan banyak halangannya. Saat membaca buku itu, mataku semakin lama semakin lelah dan pandanganku samar-samar hingga rentetan kalimat yang ada di buku itu sudah tak jelas dibaca lagi dan akupun tertidur.
...
            Piiipp… piiipp… bunyi klakson bus membangunkanku dari tidur, kulihat hp dan waktu telah menunjukan pukul 3. Sekejap lalu kulihat keluar jendela, terpampang tulisan “cikampek” disebuah papan di pinggir jalan. Oh iya, aku belum menceritakan tentang Ekspedisiku kali ini. Jadi selama 3 hari 3 malam itu, bus akan membawaku dan penumpang lainnya melewati 5 provinsi diantaranya yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara Barat. Kemudian kami akan berjalan diatas 4 daratan yang disebut pulau yaitu pulau Jawa, pulau Bali, pulau Lombok, dan pulau Sumbawa. Dan pulau-pulau tersebut dipisahkan oleh 3 lautan yang disebut dengan selat, yaitu selat Bali, selat Lombok, dan selat Alas. Dan sekarang bus inipun tengah melaju di Provinsi Jawa Barat, masih dalam pulau Jawa.
            Hmmmp… toko-toko disepanjang jalan itu begitu membuat lidahku menahan terus air liur yang serasa ingin keluar. Manisan-manisan berwarna-warni yang dipajang di toples ukuran besar itu seakan mengundang orang untuk mencicipinya, seakan mereka berkata, ”saya enak loh…maka belilah saya”, tapi aku masih dibawah kesadaran, bahwa aku sedang menjalankan ibadah puasa. Meskipun sudah jelas-jelas diterangkan dalam islam bahwa orang yang sedang dalam perjalanan atau menempuh jarak jauh diperbolehkan untuk tidak berpuasa, tetapi wajib menggantinya di hari lain.
Namun, berpuasa di saat seperti ini banyak sekali godaannya, para sopir dan kernet bus tidak ada yang berpuasa padahal aku tahu bahwa mereka juga muslim. Begitu juga dengan sebagian besar penumpangnya, tidak masalah bagiku jika mereka sedang makan, tapi di tempat tertutup seperti ini ada saja yang merokok, yang sangat mengganggu kenyamanan penumpang lain. Padahal sejatinya peraturan mengenai tidak boleh merokok di kendaraan umum sudah ada, namun para sopir atau kernet satupun tak ada yang menegur dan dibiarkan saja.
Hal ini juga mengingatkanku sewaktu naik angkot di Jakarta, sopir angkot itu tengah merokok sambil memegang setir lalu seorang bapak tua yang duduk disebelahnya berkata, “gak puasa?”, lalu sopir menjawab, “iya, ntar gak kuat, maap ya pak asap rokoknya”, tentu orang-orang menyadari bahwa menjadi sopir angkot butuh tenaga, tapi ini masalah iman kita juga. Apakah iman kita ini tahan jika diuji dengan suatu ibadah kepada Allah swt yang hanya dilakukan sebulan dalam setahun?, belum tentu tahun depan kita dapat menikmatinya lagi. Ya begitulah, perjalanan kali ini bukan sekedar perjalanan biasa.
Waktu menunjukan pukul 4 kurang 15 menit, roda bus membelok dari jalanan kesebuah rumah makan. Kernet bus memberi instruksi kepada penumpang untuk turun. Satu per satu penumpangpun turun, dibawah pintu bus sudah berdiri kernet yang akan membagikan kupon makan. Aku membaca plang nama rumah makan, daerah ini namanya Subang. Ternyata Subang yang ada di peta itu begini toh, dan sekarang aku menginjakan kakiku di tanah Subang, ada rasa senang melintas dalam pikiranku. Aku kemudian bergegas, berharap menemukan sebuah masjid atau mushola untuk sholat. “Ah, itu dia..” sahutku, lalu segera aku mengambil air wudhu’ dan menjamakkan sholat asharku dengan sholat dzuhur yang belum sempat kutunaikan tadi karena takut ketinggalan bus.
Selesai sholat langsung menuju rumah makan, tapi berhubung puasa makanannya ku bungkus saja untuk buka puasa nanti. Beberapa saat kemudian, sopir bus membunyikan klakson tanda bus akan segera berangkat.
Suara adzan maghrib terdengar samar-samar dari dalam bus, pertanda waktu berbuka telah tiba. “Allahuma laka sumtu, wabika aamantu, wa’ala rizkika afthartu, birahmatika yaa arhamarraahimiin”, begitulah do’a berbuka puasa yang senantiasa diucapkan setiap muslim ketika hendak merasakan nikmatnya makanan setelah seharian menahan lapar dan haus. Aku segera membuka bungkus nasi dari rumah makan tadi. Dari luar jendela juga terlihat sekumpulan bapak-bapak yang tengah berkumpul di pelataran masjid sambil menikmati hidangan yang telah disediakan. Memang enak tinggal di Indonesia, kalau mau berbuka puasa yang gratis tinggal datang saja ke masjid. Begitu banyak orang yang dermawan dengan memberikan sebagian hartanya untuk memberi makan orang yang berpuasa. Tentulah yang demikian itu merupakan sebuah amalan yang baik di bulan ramadhan.
Bus pun terus melaju, matahari kini berganti menjadi bulan dan bintang sebagai pengawal-pengawalnya. Bulan saat itu mulai mengecil dari keadaannya yang bulat sempurna beberapa hari yang lalu, tapi masih sanggup memantulkan cahaya matahari. Disini bulan dapat dengan bebas memamerkan cahayanya, tidak seperti di Jakarta, cahayanya kalah bersaing dengan polusi dan gas-gas yang mengendap di udara.
Malam semakin larut, bus akhirnya melewati perbatasan provinsi. Kali ini aku berada di provinsi yang kedua, provinsi Jawa Tengah!. 

Bersambung ke Bagian II .....



0 comments:

Post a Comment