Outbond STIS
2012 Angkatan 54
Menjelajah dunia luar Jakarta...
Langkah kaki
saya mantapkan ketika keluar dari kamar kos menuju jalanan. Seorang pemuda
rantauan ini terlihat memakai baju biru-hitam, celana hitam, serta tas hitam
gendut yang memiliki sepasang roket (baca : botol aqua 1500ml) didua sisinya.
Pagi itu pukul 06.00 saya bersama ratusan teman-teman angkatan 54 berkumpul
kembali di auditorium kampus STIS. Kali ini bukan untuk mengikuti kegiatan
magradika, tetapi untuk persiapan kegiatan ‘ngutang keluar’ ehh, ‘Outbond’ maksudnya.
Outbond
angkatan 54 ini terdiri dari dua gelombang. Gelombang yang pertama adalah
maba-miba dari kelompok genap dan gelombang kedua adalah maba-miba dari
kelompok ganjil. Saya sendiri tergabung dalam kelompok genap sehingga mengikuti
outbond gelombang pertama. Di auditorium kami berbaris sesuai kelompok. Semua
maba-miba memakai pakaian yang sama dan Tidak ketinggalan tas roket dipunggungnya.
Hal yang paling menjengkelkan bagi kami adalah ketika kami harus membongkar kembali semua isi tas dan memasukan kembali semuanya dalam waktu cepat. Sama seperti di magradika, panitia harus mengecek peralatan-peralatan yang kami bawa, jangan sampai ada barang-barang yang dilarang terbawa oleh kami. Padahal sudah susah payah kami mengemas barang-barang yang banyak itu dalam tas semalaman. Tapi ini demi kebaikan kami juga agar tidak ada kejadian barang-barang penting yang hilang saat outbond nanti.
Satu persatu kami di absensi, jika dipanggil namanya kami harus katakan “siap”. Setelah semuanya siap, satu persatu kami digiring untuk menaiki bus dan tronton. Bus disediakan bagi miba, sedangkan bagi maba menumpang tronton (kendaraan yang biasa digunakan oleh polisi atau TNI). Beberapa panitia pendamping juga ikut menaiki bus dan tronton. Tak lama kemudian, ketua STIS dan beberapa dosen melepaskan kepergian kami (ah.. terharuuu).
Perjalanan memakan waktu berjam-jam, saya tidak tahu pastinya karena tak dibolehkan membawa jam tangan atau semacamnya. Dalam hati rasanya senaaaang sekali, karena ini kesempatan untuk refreshing setelah tugas magradika yang menumpuk di mata dan di otak, apalagi refreshingnya keluar Jakarta. Awalnya saya tidak tahu akan dibawa kemana, tapi gak perduli yang jelas kendaraan beroda 4 ini membawa kami kearah selatan Jakarta. Ya, ke Jawa Barat. Sebentar lagi saya akan menginjakkan kaki di Jawa Barat (senangnyaaa^^..)
...
Piiipp..
piiiipp.. bunyi klakson membangunkan jasad ini yang sempat tertidur. Kendaraan
yang menampung lebih dari 20 orang ini belum berlabuh ketempat tujuannya.
Suasana monoton jalan tol membuat saya bosan untuk melihat kearah luar. Suasana
didalam kendaraanpun menjadi hening, yang terdengar hanya sayup-sayup angin dan
bunyi mobil-mobil yang sedang berjalan.
Sejam kemudian pemandangan yang dilihat oleh kami telah berbeda dari sebelumnya. Perkampungan warga, sawah, bukit-bukit, telah menyapa kami. Tronton yang saya tumpangi mulai memasuki daerah yang lebih sejuk, sangaaaatt sejuk. Rasa haru akan kesejukan ini muncul dari dalam hati. Kapan lagi bisa merasakan suasana seindah ini di Jakarta?. Ternyata daerah yang tengah kami lewati itu merupakan sebuah taman nasional di daerah Bogor, Jawa Barat. Namaya Taman Nasional Gunung Halimun, Gunung Salak. Oh, jadi ini yang namanya TNGH. Dulu saya hanya bisa melihat dari televisi, tapi sekarang saya berada disini. Trontonpun terus melaju, terus menanjak, menurun, dan terus membelah hutan. Semua orang di tronton terbelalak menyaksikan keindahan ciptaan Tuhan itu. Saya sampai berdiri untuk menjangkau lubang jendela, demi menikmati hembusan angin serta dinginnya udara.
Beberapa saat kemudian, tronton tersebut melewati sebuah kawasan perkampungan dan akhirnya ia menapak pastikan rodanya dipinggir jalan. Sudah sampai, waktunya untuk turun. Lagi lagi panitia mengatur kami. Kami harus berkumpul dan membuat barisan dengan teman satu kelompok. Setelah itu bergegas menuju kesebuah tempat dengan berjalan kaki, agak jauh tapi gak apa-apa lah sambil melihat-lihat pemandangan. Dari kejauhan saya melihat ada sebuah plang nama yang terpampang di depan jalan, tulisannya “Dodiklatpur Rindam Jaya”. Jadi ternyata kami dibawa oleh para TNI ke tempat pelatihannya mereka. Kata pak TNI yang menyambut kami disana, tempat ini namanya Gunung Bunder, letaknya dikaki gunung salak. Jadi gunung yang terlihat lebih tinggi yang menjadi backgroud Rindam Jaya ini adalah gunung salak.
Berbicara tentang gunung salak, saya teringat tentang sebuah kisah yang sangat menyedihkan beberapa tahun yang lalu. Kejadian jatuhnya pesawat sukhoi superjet 100 yang disebuah tebing yang curam di gunung salak. Kalau sudah begini ceritanya, biasanya tempat bekas kejadian menjadi angker (anggapan orang-orang biasanyaa, tapi gak tau juga sih). Oke lanjut ke Rindam Jaya. Setelah berjalan agak jauh, akhirnya kami sampai disebuah lapangan. Disana pemandangannya lebih indah. Saya dapat melihat sebuah mushola sederhana didepan dan hamparan lembah gunung salak dibelakang. Seorang pelatih mengambil alih kami bak pasukannya. Beliau memberi ucapan selamat datang dan pengarahan sedikit tentang hal-hal yang harus kami jalani, taati dan patuhi. Kemudian kami dibagi menjadi enam kelompok besar, terdiri dari 2 kompi dan 3 pleton. Jadilah kami : Pleton 1 Kompi A, pleton 2 Kompi A, Pleton 3 Kompi A, Pleton 1 Kompi B, Pleton 2 Kompi B, Pleton 3 Kompi B, sedangkan saya bersama teman-teman kelompok magra termasuk dalam Pleton 1 Kompi B.
Waktu terus berjalan, kami diberi kesempatan untuk melihat-lihat keadaan disekitar. Saya sampai lupa kalau hari itu adalah hari jumat. Rupanya hampir jam 12 siang, dan kami yang laki-laki segera mengambil air wudhu’. Antrian wudhu’ panjang sekali karena hanya ada beberapa tempat mengambil air wudhu’ disekitar mushola. Saat giliran saya tiba, ternyata airnya masyaAllaaah “dinginnnyaaa”, beruntung sekali waktu itu, padahal di Jakarta sangat susah untuk mencari air sedingin itu.
Saat menuju ke mushola, eh ternyata saya bertemu dengan dosen di STIS. Rupanya ada beberapa dosen yang ikut perjalanan kami. Tapi mereka tidak menaiki bus ataupun tronton melainkan mobil sedan (Ya iyalah, masa dosen naik tronton -,-‘). Salah satunya adalah bu liza yang sempat saya kenal karena pernah ngajar yang dari jalur PMDK saat matrikulasi, kebetulan saya masuk STIS waktu itu lewat jalur PMDK. Syukur-syukur dapat jalur itu, kalau gak ya ikut jalur reguler dan pastinya ‘gagal diterima’ karena kalah saing dengan 20ribu calon mahasiswa lainnya.
Suara adzan
berkumandang dari mushola sederhana itu. Bagi kami laki-laki yang muslim
beramai-ramai menuju mushola, sedangkan yang perempuan dan non muslim entah
kemana perginya mereka saat itu. Selesai sholat jum’at. Kami sesuai pleton
masing-masing berjalanan kesebuah lokasi yang letaknya dibawah tempat awal kami
sampai tadi. Kami melewati jalanan menurun, hingga akhirnya kami diberhentikan
disebuah bangunan panjang seperti rumah. Bangunan itu namanya barak. Bangunan
itu yang akan menjadi tempat tidur kami nanti. Barak itu terdiri dari dua
bangunan yang terpisah tetapi berdampingan. Bangunan yang satu khusus perempuan
sedangkan yang satunya khusus laki-laki. Satu bangunan terdiri dari 3 ruang.
Ruang pertama dan ketiga lebih besar dan panjang, sedangkan ruang yang kedua
adalah ruang pemisah antara ruang yang pertama dengan yang ketiga yang
ukurannya lebih kecil. Sebenarnya ada beberapa barak yang saya lihat ketika
hendak berjalan kebarak yang akan kami tempati. Namun yang lebih layak untuk
ditempati ya barak ini. Namanya “barak salak”, barak salak I dan barak salak
II. Letaknya paling bawah dari kawasan Rindam Jaya. Masing-masing peleton
dipisah antara laki-laki dan perempuan untuk memasuki barak. Peleton saya
mendapati ruangan yang letaknya bersebelahan dengan kamar mandi. Barak yang
akan kami tempati ini hanya berisikan sebuah meja kayu panjang yang digunakan
untuk tidur dan tempat menyimpan barang yang terbuat dari kayu berada
diatasnya, dan mendapati sebuah sleeping bag untuk masing-masing orang.
Beberapa
saat setelah melepas lelah, kini kami harus berkumpul di sebuah lapangan yang
lebih luas dari lapangan awal. Lapangan ini terletak dibagian tengah Rindam
Jaya. Upacara pembukaan akan segera dimulai, kami berbaris sesuai dengan
peleton masing-masing. Setiap peleton berbaris sesuai ketinggian masing-masing
anggotanya. Upacara saya lalui dengan khidmat. Serasa jadi militeran sesaat.
Kedisiplinan berusaha saya terapkan disini, karena memang tujuannya STIS
mengirim mahasiswa barunya disini untuk melatih kedisiplinan kami. Jadi saya
sadar bahwa sebagai calon abdi negara haruslah disiplin, maka dari itu saya
tidak akan menyia-nyiakan kesempatan kali ini. Beruntung bagi saya dan
teman-teman lain dapat merasakan hal seperti ini. Dibanding dengan mereka yang
masuk perguruan tinggi lain, belum tentu mereka mendapat apa yang kami dapatkan
saat itu.
Selesai
upacara, kegiatan berikutnya adalah pelatihan peraturan baris berbaris atau
PBB. Sejak itu, ada 2 pelatih yang selalu menemani peleton kami, peleton 1B.
Namanya pak Sutrisno dan Sudirman. Beliau berdua adalah pelatih yang akan
membimbing kami selama 5 hari kedepan. Oh iya, kami memiliki jatah 5 hari untuk
merasakan pendidikan di Rindam Jaya, begitu juga dengan yang gelombang kedua.
Pak Sutrisno
dan pak Sudirman adalah dua sosok yang tegas namun baik hati. Kadang kami
dibuat tertawa olehnya. Saat pertemuan pertama, salah satu dari kami akan
dipilih komandan peleton, yang tugasnya untuk memimpin dan mengarahkan. Dengan
melakukan berbagai tes oleh beberapa orang teman, akhirnya terpilihlah komandan
kami. Namanya Habibi, dia sekelompok dengan saya saat magradika. Saya mengenal
dia saat masih matrikulasi karena kami sama-sama dari jalur PMDK.
Oke,
Habibipun terpilih menjadi komandan. Dan sekarang kamipun berlatih PBB. “Hadap
kanan,... hadap kiri,.. balik kanan,... jalan di tempaaat grakk... “, tak
henti-hentinya pelatih mengumandangkan komando. Awalnya PBB kami
hancur-hancuran, saat komando balik kanan ada aja yang baliki kiri, saat jalan
di tempat kaki kami tak serempak ketika mengangkat hingga terlihat seperti
kerumunan orang berlarian. Tapi lambat laun kekompakan kami mulai terasah, kami
sudah pintar mengetahui komando. Gerakan harus cepat dan tepat.
Sikap hormat yang sigap dan kami yang mulai cekatan membuahkan senyuman pelatih yang dari tadi jarang senyum karena menonjolkan sisi ketegasannya. Fiuhh,, akhirnya hari semakin sore dan kami diberi izin untuk beristirahat, berbaring-baring di lapangan itu sembari melihat peleton lain yang masih berlatih.
Sebenarnya banyaaakk banget pengalaman berharga, menarik, dan tak ternilai selama outbond kemarin yang ingin saya ceritakan disini. Tapi berhubung gak kuat nulis banyak lagi, yaa beberapa saja ya.
Ada lagi satu kegiatan yang masih terkenang sampai sekarang, yaitu Survival. singkatnya kami belajar cara bertahan hidup dialam dengan kondisi dan perbekalan yang sangat minim. Sholat saja kami menyiapkan tempat yang dari daun-daunan pepohonan sebagai alasnya, tapi rasanya nikmaaat sekali. Kami dibekali oleh pelatih beberapa potong singkong untuk satu peleton. Makanannya sih gak masalah,, tapi kebersamaannya itu yang erat sekali, pokoknya rindu sama masa-masa itu.
Nah, di hari terakhir.. adalah hari perlombaan PBB(peraturan baris berbaris). Kelompokku juara 2, Alhamdulillah. Kamipun mendapat hadiah dari pelatih. Dan ternyata hadiahnya apa saudara-saudaraaa??? yaa, serenteng "Kacang Sukro".. jiaaahh,, kirain apaan :D, tapi jangan dilihat dari bentuknya broo. lihatlah dari maknanya, itu adalah bentuk apresiasi pelatih terhadap keteguhan dan semangat berlatih kita :D.
Sipp,, setelah itu waktunya untuk pulang. Tak terasa waktu 5 hari itu telah berlalu. Berlalunya terlalu cepat, bahkan sangat cepat. Tapi menyimpan banyak sejuta kerinduan dan kenangan. Terima Kasih kepada waktu yang terus bergulir, terima kasih kepada sahabat-sahabat, terima kasih kepada pelatih, dan tentunya terima kasih kepada Alam yang senantiasa memberi keindahan. Kalian semua adalah GURU bagi saya.
Sikap hormat yang sigap dan kami yang mulai cekatan membuahkan senyuman pelatih yang dari tadi jarang senyum karena menonjolkan sisi ketegasannya. Fiuhh,, akhirnya hari semakin sore dan kami diberi izin untuk beristirahat, berbaring-baring di lapangan itu sembari melihat peleton lain yang masih berlatih.
Sebenarnya banyaaakk banget pengalaman berharga, menarik, dan tak ternilai selama outbond kemarin yang ingin saya ceritakan disini. Tapi berhubung gak kuat nulis banyak lagi, yaa beberapa saja ya.
Ada lagi satu kegiatan yang masih terkenang sampai sekarang, yaitu Survival. singkatnya kami belajar cara bertahan hidup dialam dengan kondisi dan perbekalan yang sangat minim. Sholat saja kami menyiapkan tempat yang dari daun-daunan pepohonan sebagai alasnya, tapi rasanya nikmaaat sekali. Kami dibekali oleh pelatih beberapa potong singkong untuk satu peleton. Makanannya sih gak masalah,, tapi kebersamaannya itu yang erat sekali, pokoknya rindu sama masa-masa itu.
Nah, di hari terakhir.. adalah hari perlombaan PBB(peraturan baris berbaris). Kelompokku juara 2, Alhamdulillah. Kamipun mendapat hadiah dari pelatih. Dan ternyata hadiahnya apa saudara-saudaraaa??? yaa, serenteng "Kacang Sukro".. jiaaahh,, kirain apaan :D, tapi jangan dilihat dari bentuknya broo. lihatlah dari maknanya, itu adalah bentuk apresiasi pelatih terhadap keteguhan dan semangat berlatih kita :D.
Sipp,, setelah itu waktunya untuk pulang. Tak terasa waktu 5 hari itu telah berlalu. Berlalunya terlalu cepat, bahkan sangat cepat. Tapi menyimpan banyak sejuta kerinduan dan kenangan. Terima Kasih kepada waktu yang terus bergulir, terima kasih kepada sahabat-sahabat, terima kasih kepada pelatih, dan tentunya terima kasih kepada Alam yang senantiasa memberi keindahan. Kalian semua adalah GURU bagi saya.
special thank's to :
KELOMPOK 10 Magradika 54
PLETON 1 KOMPI B Outbond STIS 2012 Gel. I
Angkatan 54 STIS Outbond Gelombang I
Pelatih Sudirman, Sutrisno, Tajan, dan Pelatih lainnya
Allah SWT yang telah memberikan kesempatan ini kepada saya ^^
0 comments:
Post a Comment