"Pengalaman boleh ada, mendaki gunung boleh bangga.
Tapi satu hal
yang harus diingat, pulang dengan selamat adalah luar biasa....."
Jum’at
10 April 2015, Sembilan belas orang
termasuk saya pada malam hari di tanggal itu bertekad untuk menempuh suatu perjalanan baru mencari pengalaman baru, eaaak.
Kami
mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Pecinta Alam GPA Cheby, STIS
Jakarta sejak beberapa minggu yang lalu telah merencanakan perjalanan
ini. Malam hari itu kami berangkat bersama-sama dari kampus menuju terminal bus Primajasa sekitar pukul setengah 7.
Di terminal bus primajasa kami sempat menunggu bus yang datang, tak sampai 30
menitan. Ternyata banyak juga yang akan pergi ke Garut malam itu, terlihat dari
kursi penumpang yang hampir penuh. Selanjutnya perjalanan pun dimulai, pukul 19.35 bus
yang kami tumpangi perlahan meninggalkan cawang, Jakarta.
Sabtu
11 April 2015, pukul 00.05 WIB, bus
berhenti dipelataran parkir terminal Garut. Ada yang salah pada malam itu.
Seharusnya kami turun di pom bensin, tapi karena semua ketiduran akhirnya
perjalanan kami kebablasan sampai terminal. Turun dari bus, beberapa dari kami mencoba bernego
dengan sopir angkut yang masih ada disana, termasuk saya. Mungkin karena tengah
malam, mereka mematok harga tinggi, 15ribu perorang sampai pom bensin. Padahal
dari pom bensin ke pos pendaftaran masih jauh. Akhirnya malam
itu kami memutuskan untuk bermalam di terminal. Tetapi dalam benak saya kok rasanya kurang aman ya?, apalagi kami
bersembilan belas...
Karena kasihan dengan keadaan teman-teman saat itu, akhirnya
saya memutuskan untuk berkeliling, mencari area yang lebih kosong dan lebih
aman. Karena saya orangnya emang cekatan, tak sampai 5 menit saya sudah menemukan tempat yang lebih aman, pelataran ruang tunggu terminal, ya bisalah buat tidur-tiduran
sembari menunggu shubuh tiba.
Hampir nyaman dengan tempat yang baru, yang namanya pertolongan Allah selalu datang kapan saja, saat saya berjalan lagi melihat kondisi di sudut lain terminal, saya bertemu dengan seorang bapak, ia memberitahu bahwa disekitar sini ada basecamp. Kemudian saya meminta arahan jalan untuk menuju kesana lalu saya mengecek kebenarannya. Ternyata benar, ada sebuah rumah biasa, didepannya tertulis Basecamp Asyakur.
Hampir nyaman dengan tempat yang baru, yang namanya pertolongan Allah selalu datang kapan saja, saat saya berjalan lagi melihat kondisi di sudut lain terminal, saya bertemu dengan seorang bapak, ia memberitahu bahwa disekitar sini ada basecamp. Kemudian saya meminta arahan jalan untuk menuju kesana lalu saya mengecek kebenarannya. Ternyata benar, ada sebuah rumah biasa, didepannya tertulis Basecamp Asyakur.
Basecamp Asyakur letaknya didalam gang kecil dibelakang Alfamart, berada disebuah rumah mirip seperti rumah warga disekitarnya. Jika ingin kesana tanyakan saja pada orang-orang sekitar. Disana tinggal beberapa orang yang sengaja menjadi volunteer, ada beberapa akang2 dan teteh2 yang stand by.
Alhamdulillah akang2 dan teteh2nya baik-baik. Ketika
saya ajak bicara, ternyata mereka ini sengaja membuat basecamp sebagai tempat
singgah bagi para pelancong maupun pendaki yang sedang berkunjung ke Garut. Yah
tempatnya lumayan strategis karena dekat dengan terminal. Tak ada imbalan yang
mereka harapkan, malah saya meyakini bahwa mereka memiliki jaringan yang sangat
luas dengan orang-orang diluar sana. Hebat ya!
Rupanya, selain menjadi basecamp persinggahan bagi para pelancong dari luar Garut, tempat tersebut menyediakan jasa penyewaan barang-barang outdoor untuk kegiatan di alam. Buat anda-anda yang ingin menjelajah di sekitaran Garut tapi tak membawa peralatan outdoor, mampir kesini bisa jadi salah satu solusinya. Dan di malam itu akhirnya kami beristirahat di Basecamp Asyakur, lebih
mendinganlah ya daripada nge-gembel di
terminal. Tinggalkan jejak dulu.. :D |
Pukul empat pagi, kami berangkat dari basecamp menuju pos
pendaftaran Gn. Guntur. Kami menyewa dua buah pick up yang harganya sekitar
Rp.150.000 per pick upnya, muat 10
sampai 15 orang. Perjalanan dari basecamp hingga ke pos pendaftaran kurang lebih
30 menitan karena jalanan masih kosong (*ya iyalah, orang masih jam 4 juga..).
Selama diperjalanan kita disuguhi pemandangan garut yang masih asri,
udaranya masih sejuk dan pokoknya nikmatlah hehe. Ngomong-ngomong tentang Garut, saya punya pengalaman yang gak kalah menarik saat berkunjung ke 'mantan' rumah kakek yang juga ada di daerah Garut (baca : you know? You're always in my mine).
Lanjut cerita, mobil pick up pun berhenti dan menurunkan kami setelah sampai di sebuah desa yang berada di sebuah bukit (saya menamainya bukit karena sebagian kota Garut bisa terlihat dari sini) di kecamatan Tarogong Kaler. Dipinggir jalan yang masih berbatu itu terdapat sebuah rumah yang berdiri sebuah warung didepannya. Letaknya bersebrangan dengan mushola. Itulah pos pendaftaran yang pertama. Rupanya disana sudah banyak pendaki-pendaki yang sudah mendaftar dan sedang menyiapkan perbekalan.
Lanjut cerita, mobil pick up pun berhenti dan menurunkan kami setelah sampai di sebuah desa yang berada di sebuah bukit (saya menamainya bukit karena sebagian kota Garut bisa terlihat dari sini) di kecamatan Tarogong Kaler. Dipinggir jalan yang masih berbatu itu terdapat sebuah rumah yang berdiri sebuah warung didepannya. Letaknya bersebrangan dengan mushola. Itulah pos pendaftaran yang pertama. Rupanya disana sudah banyak pendaki-pendaki yang sudah mendaftar dan sedang menyiapkan perbekalan.
Aturannya semua
pendaki harus melapor dulu disana sebelum naik ke puncak. Hanya perlu mendaftar
semua nama anggota rombongan, memberi beberapa no. Hp dan meninggalkan 1 buah
KTP. Plusnya kami diberi sebuah peta arah jalan dan panduan-panduan yang mesti
dilalui. Katanya di Gn. Guntur ini sudah dibuka jalur pendakian baru resmi yang lebih
cepat dan tidak bikin kesasar. Sambil menunggu adzan shubuh, masak-masak
dululah kami untuk menambah tenaga...
Setelah berpamitan dengan pemilik pos pendaftaran tadi, kami
menuju pos pendaftaran yang berikutnya, letaknya agak keatas dari pos
sebelumnya. Di pos ini saya kurang paham apa saja yang dilakukan karena saya
hanya mengurus perizinan di pos sebelumnya, mungkin teman saya yang mengurus
waktu itu hanya melapor bahwa rombongan kami akan melakukan pendakian
- Ingat ya bro, pelaporan serta pengurusan administrasi itu penting setiap ingin melakukan pendakian, ini juga untuk keselamatan kita kan??? Kalau loe ilang, siapa yang mau nolongin?? - .Pos ini juga merupakan sebuah rumah, rumahnya pak RW atau pak RT gitu, kalau gak salah pak Dudud dan Bu tatik. Setiap orang yang mau mendaki boleh beristirahat disana serta menumpang kamar mandi, tetapi bayar seikhlasnya yaa, gak bayar juga gak apa apa.
Pukul 06.30 pagi semua orang sudah berkemas dan siap-siap untuk
pendakian. Tapi sebelum itu pemanasan dulu yaa untuk melemaskan otot-otot yang
ada agar saat berjalan tidak terlalu kaku dan rileks. Dan jangan lupa berdo’a....
Ok guys come on, the
journey is begin... pendakian perdana kita di gunung guntur dimulai.
Whoahaha..
semangat masih membara diawal perjalanan, Nantinya? Entahlah. Yang jelas tanpa semangat, kaki-kaki ini tak mampu melangkah jauh.
semangat masih membara diawal perjalanan, Nantinya? Entahlah. Yang jelas tanpa semangat, kaki-kaki ini tak mampu melangkah jauh.
Diawal perjalanan kami menemukan proyek tambang pasir
dengan beberapa alat beratnya. Apakah tambang itu masih berjalan atau tidak,
saya tidak tahu. Dari informasi yang kami dapatkan dari bapak di pos yang
pertama, di Garut ini akan dibangun Taman Nasional dan Gunung Guntur termasuk
didalamnya. Dan pekerjaan tambang-tambang pasir sebenarnya sudah mulai dilarang dan ditutup. Cuma
ya masih ada yang ilegal.
Peta yang kami dapatkan saat di pos tadi sangat berguna
sekali bro, selama diperjalan kami tidak pernah kesasar. Tujuan awal kami saat
itu adalah menuju ke sumber air terjun, yaitu pos 1. Setelah berjalanan selama 1 jam 15
menit, akhirnya kami sampai di pos 1 dengan ciri khas suara gemericik dari air
terjun yang terletak dibelakang pos. Kami beristirahat sekitar 10 menitan.
Disini juga kami bertemu pendaki lain yang juga melepas lelah. Di pos ini hanya
ada 1 gubug untuk berlindung dan tidak ada lagi gubug di pos lain. Saran saya,
di pos ini jangan dulu mengambil persediaan air karena di pos selanjutnya masih
bisa ditemukan sumber air, gak enak kan kalau bawa berat-berat dari bawah hehe.
rehat sejenak |
track gunung guntur mulai menanjak |
Semangat kembali terisi, kamipun melanjutkan perjalanan ke
pos 2. Oke sembari menunggu kami sampai di pos 2, saya ingin bercerita sedikit
tentang gunung guntur. Mungkin sudah banyak yang tahu kalau di gunung guntur itu rawan
kemalingan, barang-barang bisa hilang tanpa diketahui siapa yang mengambilnya.
Pembenaran itu saya dapatkan ketika berbicara dengan bapak yang ada di pos awal
tadi. Beliau berkata bahwa sudah sering ada pendaki yang kehilangan hp, sepatu,
uang, dan barang berharga lainnya. Sampai saat ini, belum diketahui wujud asli
dari maling itu (maaak, ada-ada aja...). Tapi yang jelas buat anda para pendaki
pintar-pintar jaga barangnya ya, terlebih diri kita sendiri, kalau bisa jangan
sampai lecet dah. Barang aja dijaga, masa kamunya enggak? :p.
Oke, lanjut ke pendakian, pukul 08.30 kami sampai di pos 2.
Jadi waktu tempuh dari pos 1 tadi sekitar 35 menitan. Kalau jumlah rombongannya
sedikit, insyaAllah jalannya lebih cepet dah. Beristirahat sebentar di pos 2,
kemudian berlanjut ke pos 3. Oh iya, seperti yang saya bilang tadi, di pos 2
gak ada gubugnya. Tapi sumber air masih bisa ditemui.
Perjalanan ke pos 3 lebih berat dibanding sebelumnya.
Stamina mulai berkurang, semangat mulai meredup, langkah kaki seakan berlomba
dengan deru nafas yang ngos-ngosan. Perjalanan sampai ke pos 3 kami tempuh
sekitar 45 menitan. Saat itu jam 09.30 di pos 3 sudah banyak pendaki yang rehat
sejenak. Pos 3 ini merupakan pos terakhir sebelum anda melakukan pendakian yang
sesungguhnya.
Di pos 3 cukup luas, banyak pendaki yang mendirikan tenda.
Ada sekelompok orang yang bernama “Volunteer
Gunung Guntur” menjual pernak pernik khas gunung-gunungan, seperti emblem,
pin, sticker, dsb. Di pos 3 ini, kami mengambil beberapa botol air dari sungai
untuk perbekalan diatas karena tidak ada lagi sumber air yang dijumpai setelah
pos ini. Cukup lama kami beristirahat di pos ini, meskipun begitu jangan sampai terlena ya sebab perjalanan masih cukup panjang... yeaah...!
Melanjutkan perjalanan, kali ini kami yang ber-19 dibagi
menjadi 3 kelompok. Saya berada di kelompok pertama, tujuannya agar lebih mudah
menghandle setiap anggota karena rintangan yang dilalui akan lebih berat. Mulai
pos 3 dan seterusnya perjalanan lebih menantang karena bisa dibilang tracknya
itu “summit attacknya” gunung guntur. Semilir angin dari rimbunan pohon, berganti menjadi semilir angin khas panas terik sinar mentari. Tracknya lumayan
menyiksa batin, namun semilir angin sejuk khas di tanah yang tinggi serta hamparan pemandangan Garut yang
terlihat dari atas seperti obat penyembuh dan penumbuh semangat.
Dimana-mana batu kerikil berpasir sangat mudah membuat kita
terjatuh sehingga melewati daerah ini harus ekstra hati-hati. Pintar-pintarlah mencari
jalan yang aman dan enak untuk dipijaki, kami lebih memilih tanah berumput agar
tidak mudah terpeleset. Track yang lumayan curam sangat menguras tenaga, baru
berjalan beberapa langkah saja bikin cepat ngos-ngosan.
Melihat keatas seakan-akan bayang-bayang puncak guntur semakin dekat, namun nyatanya seperti fatamorgana, semakin kami menanjak semakin terlihat
jauh.
Subhanallah, indah bukaan :') |
“Awaaass..!
awaaaasss...! batuuu.....!”, terdengar teriakan beberapa orang dari mereka yang telah menanjak lebih dulu dari kami. Karena saking curamnya beberapa kali kami mendapati bongkahan-bongkahan batu
yang longsor dan terjatuh karena dipijaki oleh pendaki yang sudah sampai
diatas.
lihat saja tanahnya, berkerikil. Tergelincir sedikit, bahaya. |
Akhirnya sekitar pukul 2 siang kelompok pertama tiba di
puncak I gunung guntur, “Alhamdulillaaahh....”. Namun ketika kami sampai di
puncak, langit mulai menghitam dan angin mulai bertiup kencang. Kabut mulai
turun dan menutupi sebagian puncaknya. Wah pertanda nih, kemudian saya dan
beberapa orang langsung menuju puncak II untuk segera mendirikan tenda. Ya,
tujuan kami adalah puncak II guntur, kami akan nge-camp disana.
Pada awalnya saya mengira track dari pos 3 yang tadi merupakan summit attacknya gunung Guntur, ternyata track antara puncak dengan puncak di Guntur ini lebih summit attack lagi. Beruntungnya saya dan beberapa teman, ketika belum sempat semua rombongan tiba di
puncak I, hujan langsung mengguyur. Ketika itu saya dan dua teman lain sedang berjalan
ke puncak II, letaknya lebih tinggi dibanding puncak I. Hujanya cukup deras,
serangan dari rintikan hujan cukup menusuk diwajah, ahhh... Saya khawatir
dengan kondisi teman-teman yang masih dibawah.
Tapi hmm... tunggu dulu, pikirkan dulu diri sendiri, kamu
lagi dimana? Nah saat itu saya hampir mencapai puncak II, dengan posisi sedang
tinggi-tingginya. Horornya pada saat itu, petir dan kilat menyambar disana
sini. Biasanya yang menjadi objek sambaran petir adalah yang sedang berdiri
sendiri atau yang letaknya lebih tinggi dibanding yang lain.
Dua teman saya yang lain hanya mengikuti saya dari belakang,
saya jalan mereka jalan, saya berhenti merekapun berhenti. Sempat bingung untuk
mengambil keputusan, apakah kami harus berhenti dulu atau bagaimana. Namun
melihat teman-teman kami yang dari bawah sudah mulai berjalan keatas, saya
putuskan untuk tetap melanjutkan perjalanan. Dengan kaki yang sudah terasa ngilu, saya pun terus berjalan mencapai
puncak II berharap bisa mendirikan tenda secepatnya untuk berteduh. Sudah
terbayang dipikiran saya, akan muncul berita “Pendaki STIS tersambar petir di gunung
guntur...”, naudzubillah..., tapi tenanglah Allah masih bersama kita, itu yang
saya yakini.
...
Langit biru kini perlahan menggantikan awan-awan hitam yang
menyerubungi langit guntur. 5 tenda kami telah bertengger di puncak guntur II,
senyum senyum sumringah terpancar dari wajah teman-teman manakala pemandangan
menakjubkan terlihat dari atas puncak, hamparan alam Garut dari ujung barat ke
timur, utara ke selatan semua terlihat jelas.
lokasi camp di puncak II |
garut dilihat dari atas puncak |
Hari semakin sore, perut ini sudah waktunya diisi kembali.
Sejalan dengan kebutuhan jasmani yang harus dipenuhi, begitu pula dengan
kebutuhan rohani. Tayamum di atas gunung sealakadarnya, untunglah islam telah
memudahkan umatnya. Alhamdulillah.., bersyukurlah karena masih bisa menunaikan
ibadah.
Ayo
Akhbroo, Ukhsis,.. kita sholat duluuuu :).
...
Sekitar jam 5, hujan turun lagi tapi
tak sederas tadi siang. Karena hujan yang turun lagi, langit senja tertutup
awan dan kabut sehingga indahnya sunset
terlihat samar-samar di ufuk barat.
Hari semakin gelap, tapi keindahan di puncak guntur belum
berakhir. Semakin malam, kerlip lampu-lampu kota Garut dan sekitarnya menghiasi
pemandangan dimalam yang syahdu itu. Tak hanya kota Garut, jarak pandangan kita
malah diperluas kesemua penjuru angin. Namun ada kejadian lucu tapi sedikit
menyeramkan pada malam itu. Awalnya sempat terdengar teriakan dari pendaki
sebelah yang mengingatkan untuk waspada karena beberapa dari mereka melihat
sepasang mata aneh bercahaya muncul dari semak-semak belakang tempat kami
nge-camp,
“awaaass mas.... babiiiii.. babiiii....”
Dan
benar saja, seekor babi hutan warna coklat dengan bulu berdiri dibadannya
tengah berlari kecil. Kali pertamanya saya melihat babi hutan, ya babi hutan lewat persis didepan tenda-tenda kami
dengan suara "ngoook" khasnya itu. Melihat babi hutan pada malam itu, mengingatkan saya tentang memori masa lalu, ketika waktunya membantu ibu bekerja di sawah. Jika sudah di sawah geliat nakal saya menjadi-jadi. Saya senang jalan mondar-mandir kesana-sini, entah mencoba masuk ke hutan atau bermain ke aliran sungai. Ibu saya selalu mengancam akan keganasan babi hutan. "Kalau berani pergi jauh, awas nanti ketemu babi.." ya kalimat tersebut membuat saya sangat takut dengan babi hutan, meskipun saya sama sekali belum pernah melihat rupanya.
Tapi sangat ironi. Kenapa? Pendaki-pendaki yang entah saya tak tahu darimana mereka, malah berusaha mengusir babi itu dengan mencoba melemparnya dengan batu, ada pula yang membawa kayu panjang. Ini siapa yang salah sih? Ente atau babinya? Ini kan tempat tinggalnya dia (read: babi), wajarlah kalau dia numpang lewat, sebaliknya ente yang gak tahu diri, sudah ngambil tempat orang, orangnya disakiti pula. Kepada babi yang lewat tadi, saya cuma bisa bilang “lembo ade” (sejenis berlapang dada dalam bahasa daerah saya).
Tapi sangat ironi. Kenapa? Pendaki-pendaki yang entah saya tak tahu darimana mereka, malah berusaha mengusir babi itu dengan mencoba melemparnya dengan batu, ada pula yang membawa kayu panjang. Ini siapa yang salah sih? Ente atau babinya? Ini kan tempat tinggalnya dia (read: babi), wajarlah kalau dia numpang lewat, sebaliknya ente yang gak tahu diri, sudah ngambil tempat orang, orangnya disakiti pula. Kepada babi yang lewat tadi, saya cuma bisa bilang “lembo ade” (sejenis berlapang dada dalam bahasa daerah saya).
Pukul 9 malam saatnya untuk beristirahat, kebetulan saya
bersama 3 sahabat saya (Iman, Aziz, dan Puspita) bertugas untuk jaga malam di shift pertama. Mengapa
perlu jaga malam? Ya karena tadi, daerahnya masih rawan binatang liar, sehingga
biar lebih aman ya jaga malam, juga sama menghindari adanya pencurian ya. Dari
pengalaman banyak orang, biasanya barang hilang itu ketika mereka tidur dan
saat bangun pagi-pagi barang-barang mereka sudah gak ada. Ngomong-ngomong
tentang maling atau pencuri, saya ingat dengan babi hutan yang lewat tadi,
“mungkin gak ya babi yang tadi itu bukan wujud aslinya?” (read : babi ngepet),
soalnya yang tadi lewat hanya seekor, padahal setahu saya babi itu hidupnya bergerombol, dan masalah malingnya pun masih rada gak jelas,
itu yang maling siapa? Manusia atau bukan ya?.
Ah, kembali kejaga malam. Malam itu menjadi salah satu malam
yang paling indah bagi saya, mungkin juga bagi ketiga sahabat saya. Berdiri, duduk, diam
tertegun, bercengkrama, bercerita, dan sembari menikmati kerlap-kerlip lampu yang seakan tertata rapi membentuk
pola-pola. Kami saling bertatapan dan bercerita tentang hal-hal yang menyenangkan. Disaat itu pula kami ditemani angin malam yang berhembus kencang beradu dengan dinginnya
udara, menyelimuti empat raga ini yang haus akan keindahan abadi, dari Tuhan yang
Maha Kuasa. Rasanya kurang ya kalau kita tak menikmati dua bungkus mie instan.
Satu sendok bergiliran, membuat makanan yang ada dihadapan kami ini terasa
sangaaat nikmat.
Kami berempat menghibur diri dengan bercanda, berbicara tentang
mereka-mereka, sahabat kami yang ada diluar sana. Bintang-bintang dilangit sepertinya
memahami kata-kata yang keluar dari mulut kami. Adakalanya kami diam termangu
menatap alam, hanya deru angin dan riak dedaunan yang bersuara. Aku mau disini untuk beberapa malam lagi...
...
Ngiiiiikkk.... ngiiiikkk...... kreseeekk.. kresekkkk...
Segera
saya mengambil emergency lamp dan
mengecek keadaan disekitar tenda.
Ternyata
tak ada apa-apa. Tapi yang tadi itu, terdengar sangat jelas, seperti suara
teriakan babi, ya sepertinya. Kami berempat mulai waspada, bisa-bisa dia mulai
menyerang, atau seperti firasat saya sebelumnya.
Namun sembari memperhatikan suara tadi...
Namun sembari memperhatikan suara tadi...
Hey!
Lihat keatas sana, di puncak guntur III. Ada seberkas cahaya yang
bergerak-gerak dari tadi. Apakah itu SOS? Makhluk gaib? Atau hanya iseng-iseng
pendaki lain? Entahlah, yang jelas cerita tentang puncak guntur III lebih
menyeramkan dari puncak lainnya, lebih berbahaya.
Tak terasa, waktu menunjukan pukul 12 malam, saatnya berganti shift dengan anggota lain.
Tak terasa, waktu menunjukan pukul 12 malam, saatnya berganti shift dengan anggota lain.
...
Minggu, 12 April 2015
“Kakaakk......
bangunn......”,
pukul 4 pagi, cahaya fajar sedikit demi sedikit mulai tampak dilangit timur.
Sunrise in the mount, yeah...
Akhirnya saya bisa menikmatimu lagi. Indahnyaaaaaaaaa..........
Akhirnya saya bisa menikmatimu lagi. Indahnyaaaaaaaaa..........
sunrise ala Guntur... |
Mengibarkan sejenak sang saka, di ketinggian 2249 mdpl |
GPA Cheby, Mapala kebanggaan kami! |
lautan awan :o |
Kami... (Sahabat se-angkatan) dari ki - ka : Rahman, Iman, Aziz, Puspita |
Langit semakin terang, kami harus menyiapkan makanan untuk tenaga menuruni gunung hari itu. Setelah itu semua berkemas, tidak boleh ada yang tersisa. Ingat dengan etika mendaki gunung? Ya begitulah,..
Foto bersama di detik-detik terakhir sebelum meninggalkan puncak
guntur adalah hal yang wajib :D.
Menuruni puncak guntur perlu ekstra hati-hati. Turunan
curam mudah menyebabkan kita terpeleset dan jatuh. Kalau bisa hindari jalan
berkerikil atau berbatu karena bisa mengakibatkan longsor. Dan saat turun,
pakailah sepatu gunung atau sandal gunung dan jangan lupa memakai kaos kaki
yaa.. untuk melindungi kaki kita dari batu-batu kecil.
menuruni puncak guntur II, bagus?? |
Ketika kami sudah melewati pos tiga, hujan mengguyur lagi, kali ini lebih deras dari kemarin. Limpahan air yang menuju ke kaki gunung sangat banyak, gunung guntur kebanjiraann.
air dari atas gunung mengalir kebawah melewati tambang-tambang pasir yang entah sekarang masih beroperasi atau tidak?? |
Sekitar pukul 4 sore kami telah tiba kembali di pos
pendaftaran yang kami datangi sebelumnya. Sekalian berpamitan dengan pak RW dan
pemilik pos, saya mencoba mencari informasi mengenai angkutan yang dapat menampung kami menuju terminal. Dengan bantuan bapak yang ada di pos, akhirnya kami menyewa sebuah truk (truk yang biasa digunakan untuk mengangkut bahan galian) dengan harga yang cocok. Pukul 17.50
akhirnya kami tiba di terminal garut dan segera mencari bus ke Jakarta, dan
sampai di Jakarta pukul 22.30 malam. Alhamdulillah, semua anggota pulang dengan
keadaan selamat, tak ada yang terluka, tak ada yang kemalingan. Berkat saling
menjaga satu sama lain :).
Pengalaman boleh ada, mendaki gunung boleh bangga.
Tapi satu
yang harus diingat, pulang dengan selamat adalah luar biasa.
Tips pendakian Gunung Guntur!!1. Rencanakan perjalanan dengan matang, jangan lupa sesuaikan dengan jumlah anggota rombongan.2. Baca-baca catatan perjalanan orang-orang sebelumnya untuk menambah wawasan tentang gunung guntur ataupun gunung lainnya, sehingga dapat mempersiapkan segala sesuatunya dengan lebih baik dan cermat.3. Tertib administrasi!, gak ribet kok. Yang penting untuk keselamatan kita.4. Nge-Camp di puncak Guntur atau dimanapun. Selalu waspada ancaman barang-barang hilang. Kalau bisa upayakan ada jaga malam. Ketika tidur, barang-barang berharga disimpan ditempat yang aman dan dekat dengan kita, misalnya didalam sleeping bag. Sepatu jangan simpan diluar tenda, kalau bisa masukan juga dalam tenda. Bisa bisa sepatu gunung anda yang mahal raib seketika.5. Selalu tanamkan 3 etika utama pendakian.6. CP Basecamp Asyakur :085720424644 atau 082317080986 atau pin BB 539D7CC3 : kang Kodar Abdullah (Unank)Di Basecamp Asyakur ini menyediakan jasa Guide dan porter, Informasi pendakian dan wisata Garut, serta instruktur kegiatan outdoor. Jadi yang ingin jalan-jalan ke Garut, recomendeed nih buat tanya-tanya. Selain itu juga menyediakan jasa peminjaman barang pendakian (rental) seperti tenda dome, fly sheet, nesting, kompor, dsb. jadi bagi anda yang tidak membawa perlengkapan dari rumah atau peralatannya kurang lengkap bisa minjam rental disini.7. CP Pos Pendaftaran (Pak RT) : 082318193065Ingat ya, setiap rombongan yang ingin mendaki wajib meninggalkan satu buah KTP.8. CP Truk yang akan membawa dari terminal ke pos Pendaftaran atau sebaliknya (Pak Odong): 081222195809 atau 085321346920
Budayakan komentar yaaaa ....
wahh pasti asyik banget tuhh. jadi pingin kesana lagi deh. salam lestari gunung guntur
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
DeleteThankyou kak catatannya!
ReplyDeleteThankyou kak catatannya!
ReplyDeleteThanks sangat berguna
ReplyDeleteWaah.. seru jadi makin semangat buat kesana.
ReplyDeletePerjalanan yg seru... makasih banget ka buat catatannya... sangat bermanfaat untuk hiking pemula... Inshaa Allah akan segera kesana 😊☺
ReplyDelete