Sajak Untuk Papandayan...
(Memahami Hakikat Perjalanan)
Pondok Saladah,
Seperti surya yang kembali keperaduannya
Akupun kembali menghadap pada-Nya
Ditengah kekhusu'an malammu
Dihimpit kebisuan dinginmu
Tapi yang kutahu, kau ajari ketegaran
ajari makna kebersamaan
Ini bukan tentang siapa yang kuat
Bukan tentang siapa yang hebat
Tapi siapa yang bisa memahami
Karena alam memberi kita pelajaran
Tegal Alun,
Rimbamu menyelimuti anganku
Mendungnya cakrawala rupanya menjaga estetikamu
nyanyian angin seakan berbisik padaku
'tinggalkan sesuatu disini'
Pun jika itu pintamu
T'lah ku tanam angan dan ci(n)taku
Sepotong kisah yang masih berbentuk khayalan
dalam pikiranku
Semoga yang ditanam
Janganlah selamanya tertanam
Terbanglah
Terbang yang tinggi
Sampaikan salamku pada sang pencipta surya yang agung
Aku menunggu dibumi
Menanti kepastian dengan usaha yang tak henti
Goa Walet, Mandalawangi, Tegal Alun
Kemana lagi akan kucari sekuntum edelweis?
Ya, edelweis..
Bunga abadi, angan & cinta yang abadi..
Oh, ya kutahu..
Sekuntum itu ada dihatimu.. ya dihatimu..
Ah sudahlah..
Jangan berpikir jauh
Urus dulu tanggunganmu
Beban hidupmu akan terasa berat
Jadilah anak yang tahan banting
Satu lagi yang menjadi guruku,
Mengajarkan hikmah kehidupan
Yang menusuk kalbu, merasuk dalam ragaku
Diantara api unggun-api unggun itu
Ia seakan berbicara
"semua orang, semua tempat adalah guru bagimu,
maka janganlah kau sia-siakan perjalanan ini"
Terima kasih, Papandayan
November, 2014
Pondok Saladah-Tegal Alun, Papandayan
--Ayub A Rahman--
0 comments:
Post a Comment