KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE, BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE, TANAH INDONESIA
KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE, BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA INDONESIA
KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENDJOENJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA.....
KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE, BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA INDONESIA
KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENDJOENJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA.....
Ya begitulah kutipannya, kutipan hasil
dari kongres Pemuda II yang dilaksanakan tanggal 27-28 Oktober 1928. Tanpa saya beritahupun anda pasti sudah tahu kan itu kutipan tentang apa?? hoho..
Nah berhubung kemarin sudah 28 Oktober,
saya sengaja mengikuti kegiatan salah satu Komunitas pecinta sejarah terbesar
di Indonesia, namanya Komunitas Historia
Indonesia. Meskipun sudah beberapa kali mengikuti event komunitas tersebut,
event kali ini saya rasa berbeda dengan yang saya ikuti sebelumnya. Jadi karena
ceritanya kita ingin menelusuri napak tilas sumpah pemuda pada tahun 1928
silam, maka kegiatan atau event ini dinamakan "Jelajah Sumpah Pemuda".
Berawal di Tugu Proklamasi, saya bersama ketiga teman (Abi, Aulia, dan Kak
Nia) dengan antusiasnya turut serta mengikuti acara tersebut.
Pagi itu, tempat yang dulunya merupakan kediaman presiden Soekarno terlihat lengang. Rupanya halaman rumah pak Soekarno ini cukup luas, jarak dari teras (sekarang tugu petir : tempat dikumandangkannya teks proklamasi RI oleh bung karno) ke pintu gerbang itu cukup jauh, lebih dari 10 meter.
Pagi itu, tempat yang dulunya merupakan kediaman presiden Soekarno terlihat lengang. Rupanya halaman rumah pak Soekarno ini cukup luas, jarak dari teras (sekarang tugu petir : tempat dikumandangkannya teks proklamasi RI oleh bung karno) ke pintu gerbang itu cukup jauh, lebih dari 10 meter.
Mejeng didepan monumen/tugu proklamasi |
Setelah semua peserta datang, panitia
dari KHI melakukan briefing yang
dipimpin oleh Kang Asep Kambali (Pendiri KHI). Tanpa banyak kata, tour
sederhana ini pun dimulai. Perjalanan dimulai menuju Metropole XXI di pojokan
jalan Pegangsaan, Menteng.
Kang Asep Kambali (pendiri KHI) sedang melakukan briefing untuk peserta |
narsis dulu oey.. :D |
Gedung Metropole XXI, sekilas tampak megah meskipun berumur tua |
Metropole XXI ini adalah bangunan
yang sudah tua, dulunya ini merupakan bioskop, tapi sampai sekarang masih jadi
bioskop juga sih :D. Awalnya mulai dibangun sejak tahun 1932 dan sekarang
dijadikan cagar budaya oleh pemerintah.
Foto bersama, buat kenang-kenangan |
kami berempat hehe |
Kemudian perjalanan dilanjutkan menuju Universitas Bung Karno, di depan
Universitas ini Kang
Asep menjelaskan sedikit tentang cikal bakal berdirinya Universitas tersebut.
Universita ini terletak persis didepan stasiun cikini.
Kang Asep sedang menjelaskan cikal bakal berdirinya Universitas Bung Karno. Raut wajah antusias terlihat dari semua peserta |
Stasiun cikini, terletak dijalan cikini raya, |
Perjalananpun berlanjut, kini kita
membelah kawasan Menteng melewati Pasar Tradisional didaerah Kenari, Pasar Kenari mungkin namanya ya? Saya lupa menanyakannya -,-
Tembusan dari pasar kenari adalah
Jembatan Tua. Dulunya Jembatan ini terbuat dari kayu, tapi sekarang sudah
dibeton sehingga lebih aman dan lebih bagus, tapi pemandangan sungai dibawahnya
sangat memuakkan :3, jangan-jangan ini sungai ciliwung :3
Jembatan yang dulunya dari kayu, kini sudah berbeton |
Terus berjalan dan tibalah kami di
sebuah tempat, masih di daerah Kenari.
Museum
MH. Tamrin.. jeng.. jeng...
Museum ini beralamat di Jalan Kenari II
no.15 Jakarta Pusat. Ini museum kasihan sekali menurut saya, karena lokasinya
yang tidak strategis dan tertutup. Tidak berada di jalur yang ramai, malah
ditengah perkampungan. Sangat disayangkan karena masyarakat Jakarta
jadi banyak yang kurang tahu lokasinya bahkan mungkin banyak yang tidak tahu dengan adanya museum ini. Dan ketika kami mengunjungi museumnya,
sangat sepi. Tapi tak apa, itulah positifnya ada kegiatan seperti ini. Masyarakat seperti kita ini jadi lebih tahu dan dapat mengenal lebih dekat siapa pahlawan kita.
Namun ketika memasuki kawasan museum ini, ada sesuatu yang mencolok. Didepannya ada patung Pahlawan yang
berwarna keemasan, siapakah dia??
Dialah MH. Tamrin atau Mohammad Husni
Tamrin. Beliau adalah Putera asli Betawi yang beridealisme tinggi. Mohammad Husni Thamrin lahir di Sawah Besar, Batavia, pada 16 Februari 1894. Kakeknya Ort, berkewarganegaraan Inggris, ayahnya Thamrin Mohammad Thabrie. Pada masa perjuangan kemerdekaan, MH Thamrin menyediakan gedung (yang sekarang jadi museum MH Thamrin) sebagai tempat berkumpulnya rakyat Indonesia dari berbagai golongan dan kelompok politik guna menyatukan tekad untuk kemerdekaan.
Karena kecintaannya dan kedekatannya pada rakyat kecil membuat namanya dikenal dan setidaknya dapat menaikan derajad kaum pribumi pada saat itu meskipun beliau berasal dari keluarga yang berada.
Karena kecintaannya dan kedekatannya pada rakyat kecil membuat namanya dikenal dan setidaknya dapat menaikan derajad kaum pribumi pada saat itu meskipun beliau berasal dari keluarga yang berada.
entah suasana apa ini, saya lupa -,- |
berfoto bersama lagi sebagai kenang-kenangan, alhamdulillah sudah pernah berkunjung ke museum ini... |
Selanjutnya ada sebuah gedung yang
katanya kang Asep menjadi saksi sejarah perjuangan kaum pemuda dulu dalam
menuju ikrar sumpah pemuda. Bukan gedung sih, tapi komplek. Komplek Panti Asuhan Vincentius Putera.
Tempat ini adalah Panti asuhan seperti biasanya, dilengkapi dengan sekolah yang
muridnya dari panti asuhan itu sendiri. Muridnya gak hanya yang beragama
kristen atau katolik, tapi ada juga yang islam maupun agam lain. Rata-rata
anak-anak yang ditampung disini adalah anak yatim atau yang tidak punya sanak
saudara. Saya bingung, apa hubungannya tempat ini dengan sumpah pemuda ya?
bangunan dalam panti asuhan, ada asrama dan ruang kelas |
kegiatan belajar anak-anak disana |
Oke kawan, keluar dari Komplek Panti
Asuhan, tour tersebut pun berakhir disebuah tempat yang menjadi saksi bisu
sejarah Sumpah Pemuda, apalagi kalau bukan Museum
Sumpah Pemuda. Dulunya di lokasi museum ini merupakan bekas kos-kosan
pemuda-pemuda yang yang sedang kuliah. Biasanya yang bisa kuliah pada saat itu
adalah pemuda-pemuda dari keluarga yang berada.
Monumen Sumpah Pemuda :) |
Entahlah, ini siapa-siapa saja dan lagi ngapain. yang jelas, WR. Supratman paling ujung yang memainkan biola |
tak ketinggalan mas diatas yang menjadi pemandu di museum tersebut |
WR. Supratman, biola, dan sajak Indonesia Rayanya.. Keren bukan? |
Lagi baca koran ya?, numpang baca juga ya pak, saya kan juga penasaran... :3 |
Biolanya pak WR. Supratman.. |
Nah disinilah diadakannya rapat atau
kongres pemuda II yang dihadiri oleh berbagai jong atau perkumpulan pemuda. Ada
jong Sumatranen bond, jong java, jong islamieten bond, dan jong jong lainnya.
Akhirnya pada pukul 12, tour ini pun selesai. Senang sekali akhirnya dapat pelajaran baru lagi hari ini.
Pelajaran baru, pengalaman baru, kenangan baru, dan kenalan baru :D
Semoga event-event seperti ini akan terus ada, terima kasih Komunitas Historia Indonesia. :)
Sejarah kan selalu bersarang diragaku, meski Statistik kini menguasai dalam aliran darahku...
Salam Pemuda Indonesia!!!
Let's Make a History...!!!
0 comments:
Post a Comment