Sajak kenangan untuk
Gunung Gede....
Ketika rintik hujan sore itu
Yang meninggalkan cerita hangat
Cerita tentang buah persahabatan
Tentang tekad yang berjuang bersama
Kemakluman dan kesetiakawanan
Ketika kaki dan tangan, sebenarnya…
Tak lagi mampu menahan nikmatnya perjuangan
Lambaian angin senja dan keindahan
Memberi arti untuk melangkah lagi
Kita berjumpa dalam kebisuan
Senyapmu menemani sepanjang pagar bunga keabadian
Kabutmu t’lah berlalu
Persilakan mereka yang haus kedamaian syahdu
Surya Kencana, kini ijinkan aku bertamu…
Surya Kencana…
Layaknya Mandalawangi, sembunyikan senja dibalik rimbamu
Dingin malammu menjadi misteri
Yang awalnya ingin bercerita tentang kamu
Namun tak mampu karena dibelenggu beku
Hanya bisa merasakan nyanyian keabadian dari sungaimu
Surya Kencana…
Diam-diam menghanyutkan
Disini, sebuah rahasia t’lah terungkit
Kenangan masa lalu yang pahit
Ada orang mencoba menertawakan
Ada pula yang bertanda tanya
Dan aku tersisih dari kesenangan
Damaimu kini seperti mencekam
Dari Surya Kencana ke Puncak Gede
Memperlihatkan tanda-tanda kemunafikan
Sang “yang katanya mencintai alam”
Bak menebarkan hipokrisi-hipokrisi
Menimbulkan tanda tanya, “pantaskah manusia menebar panjinya?”
Tapi… Surya Kencana…
Tersisihkan bangga dalam kibaran saka
Terselipkan haru diatas panjatan do’a
Padang luasmu serasa memberi arti
“kenanganmu adalah kamu yang dulu, masalahmu adalah dirimu, jangan biarkan orang lain menjadi penghambat jalanmu. Jadilah pemacu semangat, sekaligus pengayom. Menuntun berarti berjalan didepan, menjaga itu dibelakang. Itulah yang terbaik untuk memimpin”
Surya Kencana…
Kabut pekatmu menyapa
Memberi pelajaran, bertemu untuk dipisahkan
Pun jika kita mau, kembalilah esok-esok nanti
Yang datang kini hilang di ujung jalan
Yang pulang bukan sekedar pendaki ilalang
Tetapi penjarah, menjarah sebagian hartamu yang abadi
Kenangan….
Surya Kencana, 4 – 5 Juni 2016
0 comments:
Post a Comment