Ini adalah sepenggal catatan perjalananku dan kesebelas temanku selama mengikuti kegiatan sebuah ukm pada hari Jumat 15 Maret 2013, sebuah kegiatan yang diselenggarakan oleh ukm pecinta alam di kampusku. Ini bukan hanya sekedar catatan perjalanan biasa, bukan juga hanya sebuah untaian kalimat yang tak berarti, tapi sebuah rangkaian cerita fakta yang mengesankan untuk ditorehkan dan dikenang. Selamanya.....
Perjalanan dimulai setelah kami melaksanakan sholat isya di Masjid Kampus, dengan menaiki sebuah kopaja, kami bersama dengan kakak-kakak rombongan membelah kota Jakarta yang dipenuhi dengan lalu lalangnya kendaraan. Bangunan-bangunan megah menjulang tinggi dihiasi dengan lampu-lampu yang berbinar. Mataku seakan tak mau terpejam, demi melihat suatu kemegahan ini yang belum pernah kulihat di kampungku sebelumnya. Kota Jakarta di malam hari, bagaikan surga dunia oleh mereka yang sangat menikmati kehidupan duniawi. Ku tak tahu dimana kopaja ini akan berhenti, yang pasti ku kan nikmati dahulu perjalanan malam itu sebagai seorang penikmat perjalanan, dalam menyusuri lorong-lorong Jakarta.
Sudah berjam-jam kopaja ini berjalan, pemandangan diluar kini telah berubah, kini menjadi sebuah perkampungan, sawah dan tambak. Dalam pikiranku mulai terbesit suatu tempat, tapi entahlah aku akan menikmati perjalanan ini lagi. Tak terasa waktu berlalu, kini kopaja berhenti disuatu tempat yang asing bagiku, kulihat kesebuah papan di pinggir jalan bertuliskan "Pantai Tanjung Pasir, Tanggerang". Setelah melihta papan tersebut hati dan pikiranku seakan tidak percaya, ternyata ini adalah pantai (sambil kulihat kebawah kaki, ditempat itu berpasir pantai) dan tidak jauh dari sini pasti ada laut. Ya laut, sudah lama aku tidak berjumpa denganmu, terakhir kuarungimu bersama sebuah kapal ferry penyebrangan dari pulau Bali ke pulau Jawa beberapa bulan yang lalu. Rasa senangpun mulai muncul didalam dada dan kini saatnya untuk kesana. Barang-barangpun kami turunkan satu persatu, kemudian semua rombongan menuju ke pantai. Disana sudah terlihat di depanku lautan yang siap menyambut kedatangan kami, Subhanallah... kurasakan hembusan angin laut yang menyejukkan. malam sudah larut, saatnya untuk beristirahat. Kami membuat sebuah tempat perlindungan sederhana yang disebut bivak, dengan mengembangkan sebuah ponco dan mengaitkannya sedemikian rupa pada dua buah batang pohon dan jadilah tempat untuk tidur malam ini.
Keesokan harinya Sabtu 16 Maret 2013, kami harus mengikuti rangkaian kegiatan dimulai dari sholat shubuh. Subhanallah.. ini adalah kali pertama aku sholat di alam yang terbuka, suasana sangat syahdu karena tiupan angin laut dan disuguhi dengan pemandangan laut yang mempesona dan dihiasi dengan langit fajar yang jingga ketika sang mentari mulai menampakkan dirinya. Setelah itu kami lari pagi menyusuri pantai tersebut, lalu memasak makanan untuk sarapan pagi. sebuah kejadian yang tak terlupakan saat pagi itu, dimana kami bersama-sama saling membantu dan makan bersama-sama, inilah proses menuju sebuah kekeluargaan. lalu tiba-tiba sebuah perahu bermesin bersandar di pinggir pantai. kemudian kamipun disuruh untuk berkemas dan menuju perahu tersebut. Dalam hatiku bertanya, akan kemana lagi. Tak lama kemudian perahupun melaju diatas air, perjalanan memakan waktu berjam-jam, teman-temanku sudah tertidur tinggal aku yang masih membuka mata demi menikmati perjalanan ini. Akhirnya, sampailah kami disebuah pulau yang bernama Pulau Onrust, Pulau Onrust merupakan salah satu dari gugusan Kepulauan Seribu yang masih termasuk dalam wilayah Provinsi DKI Jakarta. Dulunya pulau ini pernah digunakan Belanda untuk kegiatan kolonialisasi. sekarang banyak peninggalan-peninggalannya seperti benteng, meriam dan penjara serta makan-makam tentara Belanda maupun orang Indonesia juga ada disana. Di pulau itu juga dulunya merupakan tempat asrama orang-orang yang mau pergi haji, sehingga ada bekas gedung asrama haji di pulau itu. Kegiatan kami di pulau itu banyak sekali dan kamipun bermalam di pulau tersebut.
Keesokan harinya Minggu 17 Maret 2013, kami harus meninggalkan pulau tersebut. Dengan menaiki perahu yang kemarin, kami meuju sebuah pulau yang bernama Pulau Rambut, tugas kami disana adalah menyusuri pulau dengan berjalan dipinggir pantai tersebut dari tempat awal kami datang hingga kembali ketempat semula. Tak lupa karena kami sebagai pecinta alam, kami membawa beberapa polybag untuk menampung sampah-sampah yang ada di pantai.
sumber gambar : www.google.com
0 comments:
Post a Comment